Traveling

Hi Seoul, day 1

1466648519073

Assalamu’alaikum,

Pilot mengumumkan kalau pesawat akan segera mendarat. Kami para penumpang diminta untuk mengenakan sabuk pengaman dan menegakkan sandaran kursi. Akhirnya, setelah kurang lebih sekitar 7 jam di udara, aku akan segera tiba di bandara Incheon, Korea Selatan. Terus terang, pernerbangan malam ini agak kurang bersahabat denganku. Aku yang biasanya jago tidur di peaswat sampai bikin beberapa sahabat yang traveling bersamaku kerap kali merasa iri, kali ini aku justru gagal tidur. Bukan, bukan karena over excited atau kipit-kipit istilah yang biasa aku gunakan, tapi karena aku lupa menutup hidungku. Akhirnya aku harus menikmati bersin-bersin akibat terkena penyujuk udara hampir sepanjang penerbangan.

Tapi ya sudahlah, tak usah mengeluh. Aku kini sudah mendarat di Incheon. Saatnya untuk bersenang-senang bersama rombongan yang selama ini aku kenal sebagai teman-teman mama. Orang-orang yang bisasanya aku panggil tante dan om, tapi kini beberapa dari mereka meminta aku memanggilnya dengan sebutan mba. Tentunya aku akan canggung. Tapi mari kita nikmati saja liburan 5 hari ke depan ini. Seoul, I’m coming!

2016-04-21 04.18.16 1

2016-04-21 04.12.58 1

Annyeonghaseyo!

Aku pun resmi keluar dari imigrasi. Saatnya bergegas mengambil bagasi dan berganti pakaian. Berdasarkan itinerary, hari pertama ini kami akan terus ke Petite France, Nami Island dan menginap di daerah Mount Sorak. Karenanya kami diminta berganti pakaian dan bersih-bersih ala kadarnya di bandara.

“Ibu-ibu, ayo cepetan! Udah mau 15 menit loh.” dari luar toilet terdengar suara Danny, tour leader kami. Aku cuma bisa nyengir. Rombongan kami berjumlah 17 orang dengan mayoritas perempuan. Kami hanya dikasih waktu 15 menit untuk berdandan cantik? Keajaiban bila berhasil tepat waktu. Untuk ganti baju masih harus mengantri di dalam toilet, belum cuci muka dan gosok gigi dan dandan. Kebayang hebohnya kami di dalam toilet.

2016-04-21 04.16.21 1

Setelah akhirnya kami berhasil berkumpul kembali, Danny menjelaskan kalau kami akan dijemput oleh tour guide yang bernama Kim Jay. “Boleh diliat, tapi ga boleh dicolek-colek ya, ibu-ibu….” canda Danny.  Hmm, kira-kira kenapa Danny sampai canda begitu ya? Aku bertanya-tanya dalam hati. Pertanyaanku baru terjawab ketika akhirnya kami bertemu dengan Kim Jay-nya langsung. O-M-G!!! Kami dijemput oppa-oppa! Seketika rasa kantukku hilang. Mata sipit ini rasanya melotot maksimal. 

“Ya Allah, terimakasih telah mengirimkan aku ke negri ginseng ini dan ditemani langsung oleh oppa yang ga kalah ganteng dari K-Pop dan aktor dramkor.”

2016-04-21 04.18.21 1

2016-04-21 04.18.18 1

Bus yang menjemput kami cukup besar. Sebagian dari kami bisa duduk sendiri. Jay (iya, dia lebih memilih dipanggil Jay daripada Kim), memfasilitasi kami dengan 2 buah egg modem, agar kami bisa menikmati koneksi internet di dalam bus. Meski kenyataannya, kami harus berebut jatah satu sama lainnya.

Katanya perjalanan ini akan memakan waktu yang agak lama. Lumayan, aku bisa mengistirahatkan mataku sejenak. Sayup-sayup aku sambil mendengarkan Jay dan Danny bergantian menjelaskan. Mulai dari cerita soal Korea itu sendiri sampai hal-hal pribadi mengenai Jay. Rupanya, Jay baru saja memeluk agama Islam beberapa bulan yang lalu, pernah belajar bahasa Indonesia di Indonesia, main sinetron di Malaysia, punya pacar orang Kalimantan yang sedang kuliah di Bandung, dan satu kelas dengan salah seorang artis K-Pop yang aku lupa nama grupnya waktu kuliah. Cukup detail info mengenai Jay? Ternyata para ibu-ibu cukup iseng juga untuk pura-pura genit mengorek informasi mengenai pribadi Jay ya 😀

Oh iya, orang-orang Korea sangat memperhatikan keselamatan. Danny bolak-balik mengingatkan untuk menggunakan sabuk pengaman. Kalau di Indonesia, rasanya aku belum pernah pakai sabuk pengaman di dalam bus. Ada aja kayanya engga sabuk pengamannya. Tapi ternyata ga heran kami diminta pakai sabuk pengaman. Bus melaju dengan kecepatan yang aduhai bikin badan terasa terhempas. Belum lagi adegan menginjak rem tiba-tibanya. Pak supir yang sekaligus pemilik bus ini sampai dicandai oleh Danny dulunya mungkin pembalap.

 Ketika membuka mata, aku sempat melihat patung Little Prince. Aku pikir sebentar lagi akan segera tiba. Tapi bus terus meluncur dan ga ada tanda-tanda akan segera berhenti. Aku mulai merasa agak letih, dan mungkin lapar. Aku memutuskan melanjutkan memejamkan mata lagi.

Akhirnya bus berhenti. Jay menjelaskan kalau kami akan makan siang terlebih dahulu dan langsung mengunjungi Nami Island. Rupanya tadi  kondisi ramai sehingga susah untuk masuk ke area Petite France.

2016-04-21 04.26.29 1

2016-04-21 04.19.41 1

2016-04-21 04.19.49 1

Menu siang itu adalah dakgalbi, yaitu ayam yang direndam dalam gochujang (saus pedas) kemudian dibakar bersama tteok (kue beras). Ini pertama kalinya aku makan dakgalbi, meski di Jakarta sudah ada beberapa tempat makan korea.

Perut kenyang, hati riang. Saatnya menyebrang ke pulau Nami. Pulau yang katanya romantis ini (hicks, kemudian nangis dipojokan karena ga ada pasangan).

Selama ini aku pikir pulau Nami itu adalah  di tengah laut. Ternyata aku salah. Pulau Nami ini adalah sebuah daratan yang berada di tengah sungai yang terbentuk akibat rendaman air dari sungai Bukhangang. Nama Nami itu berasal dari nama Jendral Nami, seorang jendral yang dituduh berkhianat pada pemerintahan Raja Sejo dan dikubur di pulau ini.

Namanya juga pulau ya, untuk bisa ke pulau ini kami harus menyebrangi sungai menggunakan kapal. Buat fakir wifi kaya aku, ada wifi gratis di dalam kapal ini. Sayangnya aku telat tahunya. Baru tahu ketika akan turun dari kapal dan itu sudah mau pulangnya.

2016-04-21 05.24.51 1

2016-04-21 05.03.18 1

Kami dikasih waktu 1 jam untuk menikmati Nami Island. Rombongan terbagi dua, yang shalat dan ga shalat. Karena menurut Jay, ada musola di sini. Jadi sebagian dari kami mengikuti Jay untuk menunaikan shalat duhur dan ashar.

Lagi-lagi aku merasa beruntung. Aku datang ketika awal musim semi dimana Cherry Blossoms masih bermekaran. Alhamdulillah. Bikin pulau ini semakin terasa romantis. Sejauh mata memandang ada pasangan-pasangan yang lagi bermesraan, dan aku terpaksa gigit jari menahan rindu.

2016-04-21 05.03.40 1

2016-04-21 04.46.27 1

2016-04-21 05.00.45 1

Dari Nami Island, perjalanan dilanjutkan ke Petite France. Sesuai namanya, tempat ini adalah replika dari perkampungan Perancis. Di dalamnya ada bangunan-bangunan warna-warni yang digunakan sebagai toko, guest house, galeri seni. Ada juga pertunjukan teater boneka. Lagi-lagi waktu kami tak banyak. Aku harus menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk mengambil poto sebanyak-banyaknya.

2016-04-21 05.51.16 1

2016-04-21 05.51.08 1

2016-04-21 05.49.09 1

2016-04-21 05.57.25 1

Dan lagi-lagi pemandangan pasangan di bawah cherry blossoms ini bikin ingin garuk-garuk aspal.

2016-04-21 05.58.17 1

Matahari hampir tebenam saat bus melaju meninggalkan Petite France. Angin bertiup menerbangkan kelopak demi kelopak cherry blossoms. Sungguh, pemandangan yang indah yang ingin aku rekam selamanya di dalam ingata.

Angin bertiup dengan kencang malam itu. Danny mengingatkan kami untuk jangan sampai tidak menggenakan jaket saat turun dari bus menuju tempat makan malam. Kami mulai berada di daerah pegunungan. Aku tak ingat nama makanan kami malam itu, tapi yang jelas sangat membuat badan terasa hangat.

2016-04-21 06.23.51 1

2016-04-21 06.25.47 1

Di depan tempat makan, ada beberapa kendaraan terparkir sambil menjajakan barang dagangan. Buah-buahan dan aneka permen. Aku tertarik untuk ikut membeli beberapa jenis permen. Sementara teman mama ada yang membeli buah strawberry. Warna dan ukurannya sangat menggoda.

2016-04-21 06.24.10 1

Hari semakin larut. Aku mulai merindukan kehadiran kasur. Rasa tak sabar memenuhi diri ketika akhirnya kami tiba di Inje Hotel. Danny membagi-bagikan kunci kamar sementara Jay menjelaskan kamar kami semua berada di satu lantai yang sama, yaitu lantai 3. Dia juga menjelaskan letak mini market dan restoran untuk sarapan besok. Dengan perasaan lega karena akan segera bertemu kasur, kami pun mulai naik ke lantai 3. Teman sekamarku mulai malam ini adalah Mba Ipuk.

Ternyata untuk bertemu kasur masih harus ada perjuangan. Kami semua terdampar di lantai 3 dan tidak berhasil menemukan nomor kamar kami. Sampai akhirnya Danny dan Jay datang dan meminta maaf, karena ternyata seharusnya bukan lantai 3, melainkan lantai 5.

Jay…..!!! Untung kamu ganteng. Kalau engga, bisa-bisa habis dibully.

Mba Ipuk teriak sudah tak tahan ingin ke toilet. Maka aku pun membiarkan Mba Ipuk terlebih dahulu menggunakan toilet begitu akhirnya kami berada di kamar. Buat aku yang penting bisa lurusin badan dulu sambil laporan ke mas Met kalau sudah sampai hotel. Baru juga menjatuhkan diri ke kasur, terdengar teriakan dari kamar mandi, “Dian, ini gimana cara pakai klosetnya?!”

Nah loh. Rupanya kloset di Korea pun sama dengan Jepang. Penuh aneka tombol. Aku pun hanya bisa tertawa sambil mulai merebahkan badan.

2016-04-21 06.26.17 1

2016-05-12 02.38.37 1

Yuk ah, saatnya untuk ganti baju, cuci muka, shalat, dan tidur. Alhamdulillah hari ini menyenangkan. Semoga besok pun tak kalah menyenangkannya.

Selamat tidur,

dianravi

3 thoughts on “Hi Seoul, day 1”

  1. I see many interesting posts here. Your website can go
    viral easily, you need some initial traffic only.
    How to get initial traffic??? Read about Jemensso’s tricks

  2. Nami island teeeeeeeeeeh plissssss.

    Gara-gara komen teteh tadi langsung bw dengan keyword ‘Korea’ di blognya teteh nih xD
    teteh kesana program apa tuh? Sini cubiiiiit gemes banget sama jajaran pohon yang ada di Nami island ituuu xD pas warnanya warna-warni lagi >.< duh masyaAllah bagusnyaaaa 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *