Event

Lebaranku Bersama Mamih, Cerita Lebaran Asik

2016-07-28-20-05-27_deco

Assalamu’alaikum,

Ohana means family, family means nobody gets left behind of forgotten. (Lilo and Stitch)

Quotes dari film Lilo and Stitch itu selalu terngiang setiap kali hari raya idul fitri. Yang namanya lebaran memang identik dengan berkumpul dengan keluarga. Bahkan ga sedikit orang yang sampai rela bermacet-macetan mudik demi bisa merayakan lebaran dengan keluarga tercinta.

Dari kecil aku selalu merayakan hari raya lebaran di rumah kakek nenek dari ibuku di Bandung. Ibuku tujuh  bersaudara, dan kalau ditotal-total generasi ketiga di keluargaku sudah berjumlah 22 orang. Kebayang ramainya suasana rumah Mamih dan Apa (panggilan aku untuk nenek dan kakek) kalau kami sudah berkumpul full team. Alhamdulillah rumah Mamih memang cukup besar, dan  punya halaman yang cukup luas. Ketika kami kecil, Mamih memelihara soang di halaman. Tak jarang salah satu dari kami menjadi korban kejaran soang-soang itu. Makanan yang selalu dihidangkan sudah pasti mulai dari ketupat, opor ayam, dan sate. Semuanya masakan Mamih. 

Tahun berganti tahun. Hampir semua generasi ketiga di keluargaku kini sudah menikah dan memiliki anak. Tapi tradisi merayakan hari pertama lebaran di rumah Mamih masih berlangsung. Meskipun formasi kami tak selengkap dulu lagi. Kakekku dan beberapa uwa (kakak dari mamaku juga ipar mamaku) telah tiada. Juga ada sepupu-sepupu yang berlebaran di rumah mertua. Aku termasuk yang beruntung. Suamiku mengijinkan merayakan hari pertama lebaran di Bandung terlebih dahulu, baru kami pulang ke mertua di Jawa Timur pada hari ketiga.

Memasuki usia 92, kesehatan Mamih pun mulai turun. Beberapa bulan yang lalu Mamih sakit dan cukup lama harus dirawat di rumah sakit. Tapi alhamdulillah menjelang lebaran kesehatan Mamih berangsur pulih. Mulai masuk ke dapur lagi. Meski yang masak adalah asisten rumah tangga, tapi Mamih tetap berada di dapur memastikan setiap masakan yang dimasak tetap seperti cara Mamih biasanya.

Pagi-pagi kami (aku, suami, dan mama) pamit ke Mamih untuk berangkat shalat Ied. Sudah beberapa tahun belakangan ini Mamih memang ga ikut shalat ied karena kondisi kakinya. Kebiasaan kami adalah melaksanakan shalat ied di kantor mama yang kebetulan masih usaha keluarga besar kami juga. Ini merupakan tradisi yang diajarin almarhum Apa. Katanya biar langsung ketemu karyawan-karyawannya seusai shalat ied. Ga cuma keluarga kami aja yang shalat ied di sini, beberapa kakak-kakak mamaku pun shalat di sini.

Setelah shalat ied, bersalaman dengan karyawan-karyawan mamaku, kami pun kembali ke rumah Mamih. Setelah minta maaf ke Mamih, mama dan suamiku, kami pun siap menanti kedatangan keluarga yang lain sambil makan duluan. Tahun ini adikku ga bisa ikut merayakan lebaran bersama. Dia tengah study di negara lain. Dan rupanya ini  yang bikin Mamih agak sedih. Karena adikku ini cukup dekat dengan Mamih. Akhirnya aku mencoba untuk video call adikku itu, rupanya dia sedang bersama sepupuku dan keluarganya yang kebetulan tinggal di negara yang sama. Mamih bolak-balik mengeluh layar telepon genggamku. Selesai menelopon malah Mamih sempat berceletuk “Telepon apa itu? Mamih mau juga dibeliin dong. Bagus.”

Satu persatu keluargaku mulai berdatangan. Kami bersalam-salaman saling mengucap selamat idul fitri dan memohon maaf atas kesalahan yang ada. Selebihnya kami hanya bercengkrama menyantap makanan sambil berfoto-foto. Tak jarang bahkan Mamih kami ajak selfie.

2016-07-28_08-11-31

Mamih berselfi bersama kedua anaknya dan cucunya

Alhamdulillah tahun ini aku masih dikasih kesempatan untuk merasakan lebaran bersama Mamih. Melihat senyum  di raut wajah Mamih aku pun tahu, kalau Mamih senang. Terimakasih ya Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan pada keluarga kami.

Yuk hadiri:  Hari Hijaber Nasional

Tanggal: 07 Agustus 2016 – 08 Agustus 2016

Tempat: Masjid Agung Sunda Kelapa,  Menteng, Jakarta Pusat

4 thoughts on “Lebaranku Bersama Mamih, Cerita Lebaran Asik”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *