Traveling

Belajar Sejarah Perekonomian di Museum Bank Indonesia

Bismillahirohmanirohim,

Museum Bank Indonesia - dianravi.com

Matahari berada tepat di atas kepala ketika aku, Mas Met, dan Giyarti keluar dari Museum Mandiri (bisa dibaca disini). Mas Met menanyakan kemana lagi tujuan berikutnya, karena dia tahu acara utama yang akan aku hadiri masih beberapa jam lagi berlangsungnya. Kami masih punya waktu untuk menjelajah Kota Tua. Aku menyebutkan kata Museum Bank Indonesia sebagai tujuan berikutnya, pada Mas Met, museum yang selalu gagal untuk aku kunjungi setiap kali aku bermain ke Kota Tua.

Museum Bank Indonesia ini terletak Jl Pintu Besar Utara no 3, persis bersebelahan dengan Museum Mandiri. Dari kejauhan kita sudah bisa melihat gedung Museum Bank Indonesia. Bangunanannya yang besar berwarna putih ini sekilas tak jauh beda dengan bangunan Museum Mandiri, sama-sama bangunan tua yang pasti punya sejarah yang menarik untuk dicari tahu. Ketika kami memasuki bangunan bergaya Neo Klasikal ini, Mas Met sempat bergumam, “Wah ada area parkirnya. Tahu gitu tadi parkir di sini aja.”

Aku melihat ke sekeliling. Benar juga. Di sini bisa masuk kendaraan. Tak heran sih karena ketika setelah berkeliling  Museum Bank Indonesia ini aku mengetahui bahwa bangunan ini juga bisa disewa untuk acara nikahan. Ah, menikah di bangunan bersejarah tentunya akan dipenuhi perasaan magis berpadu romantis.

Museum Bank Indonesia - dianravi.com


loket tiket dan tempat penitipan barang


Memasuki gedung Museum Bank Indonesia, aku dan Mas Met (plus Giyarti tentunya) menaiki tangga ke lantai dua. Sama seperti Museum Mandiri sebelumnya, pintu utama langsung mengarahkan kami ke anak tangga. Kami datang berbarengan dengan rombongan sekolahan yang langsung membuat aku bingung begitu berada di aula utama. Keriuhan anak-anakan itu berbaur dengan suara guru yang menyuruh mereka tertib. Akhirnya aku bisa menemukan sosok pegawai museum. Dia menyuruh aku untuk menitipkan tas di tempat penitipan barang dan hanya membawa barang berharga saja terlebih dahulu sebelum aku mendapatkan tiket masuk. Entah karena alasan apa, saat itu kami mendapatkan tiket gratis. Padahal setahu aku seharusnya tiket masuk dikenakan biaya Rp 5.000 per orangnya.

Museum Bank Indonesia - dianravi.com

Setelah tiket di tangan, kami pun diarahkan memasuki ruangan. Alur di Museum Bank Indonesia ini sudah diarahkan. Sehingga lebih nikmat untuk menjelajahi setiap sudutnya dari pintu depan sampai pintu keluar. Di dalam musem, aku dibikin terkesima oleh penyajian museum ini yang memanfaatkan teknologi modern dalam mendisplay dioramanya. Dan yang paling penting museum ini ber-AC sehingga ga perlu takut merasakan hawa panas. Hmm….boleh jadi dari luar ini adalah bangunan tua, tapi siapa sangka kalau bagian dalamnya justru sangat modern.

Museum Bank Indonesia ini menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Dari sebelum kedatangan bangsa barat hingga terbentuknya Bank Indoesia pada tahun 1953. Semua ini terbagi rapih dalam bentuk ruangan-ruangan, seperti ruang peralihan, ruang pengantar sejarah (Pra BI), ruang pameran tetap sejarah BI, ruang bersejarah, ruang emas moneter, dan ruang numismatik.

Semua ruangan itu tertata rapih membawa kita pada masa lalu sampai saat ini. Rasanya pelajaran sejarah kalau dibuat seperti ini tentu akan lebih menyenangkan, ketimbang belajar di dalam kelas dengan guru yang terkadang cara mengajarkannya terkesan membosankan. Sayangnya suasana redup dalam tiap ruangan membuat hobi foto-fotoku agak terganggu.

Sejarah perkembangan Bank Indonesia yang terangkum dalam museum ini terbagi menjadi beberapa periode, seperti:

  • Periode 1 Menuju Negara Modern. Ruangan ini menceritakan kondisi saat Indonesia baru saja merdeka
  • Periode 2 Membangun Sikap Kebangsaan. Di masa ini perekonomian negara terguncang akibat situasi politik, sementara kebutuhan uang untuk pembangunan dirasa sangat tinggi.
  • Periode 3 Ekonomi Sebagai Haluan Negara. Memasuki masa pemerintahan orde baru. Devisa meningkat. Bank Indonesia fokus untuk membangun sektor produktif agar mengendalikan inflasi.
  • Periode 4 Globalisasi Ekonomi. Perekonomian melaju pesat, investasi dan pinjaman luar negeri mengalir dan berakibat pada jatuhnya nilai tukar rupiah.
  • Periode 5 Krisis Segala Lini. Nilai tukar rupiah bertambah krisis. 16 bank ditutup. Namun berkat Pemilu 1999 yang berjalan lancar mampu membawa dampak positif bagi penguatan nilai tukar rupiah.

Museum Bank Indonesia - dianravi.com

Museum Bank Indonesia - dianravi.com

Museum Bank Indonesia - dianravi.com


dari dulu pun batik sudah menjadi komoditi dalam menunjang ekonomi


Museum Bank Indonesia - dianravi.com


kebiasaan menabung dipupuk sejak usia dini dalam keluarga


Bangunan yang menjadi Museum Bank Indonesia ini dulunya adalah Binnen Hospital, dibangun pada 1909 hasil rancangan arsitek Hulsurt dan Cuyepes. Seiring waktu berjalan, peruntukan bangunan ini berubah menjadi De Javasche Bank, sebuah bank yang didirikan pada jaman kolonial Belanda pada 24 Januari 1928. Setelah proklamasi kemerdekaan, Presiden Soekarno memutuskan untuk mendirikin Bank Negara Indonesia. Namun berdasarkan keputusan Konfrensi Meja Bundar di Den Haag, bank sentral tetap pada De Javasche Bank, sedangkan Bank Negara Indonesia bergungsi sebagai bank pembangunan, dengan alasan utang pemerintah Indonesia yang mencapai sebesar 4,418 juta Gulden.

Karena dirasa tidak puas pada hasil dari Konfrensi Meja Bundar, timbulah gagasan untuk menasionalisasi De Javasche Bank dengan membuat Undang-Undang tentang bank sentral. Hasil akhir dari perjuangan ini adalah berdirinya Bank Indonesia pada 1 Juli 1953.

Setelah kantor Bank Indonesia pindah ke gedung baru pada 1962, bangunan ini dibiarkan kosong dan tidak digunakan lagi. Dengan alasan nilai historis pada bangunan ini dan untuk memberikan pengetahuan peran Bank Indonesia dalam sejarah pada masyarakat luas, maka tercetuslah gagasan untuk menjadikan bangunan ini menjadi museum.

Peresmian Museum Bank Indonesia ini melalui 2 tahap. Tahap yang pertama diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia,  Burhanuddin Abdullah, 15 Desember 2006. Dan Grand openingnya baru diresmikan 21 Juli 2009 oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Presiden RI.

Museum Bank Indonesia - dianravi.com

Diantara ruangan-ruangan yang ada di Museum Bank Indonesia ini, ruangan kesukaan aku adalah ruangan numismatik. Dimana kita bisa melihat bentuk-bentuk uang dari masa ke masa. Melihat barang-barang vintage memang selalu menjadi daya tarik bagi aku.

Museum Bank Indonesia - dianravi.com

Tempat lainnya yang aku suka dari museum ini adalah halaman tengah yang bisa kita lihat dari lorong di lantai dua. Halaman inilah yang biasanya digunakan sebagai tempat pernikahan. Bayangan sosok pengantin dengan gaun putih potongan klasik berdiri tersenyum bahagia di halaman itu menari-nari dalam pikiranku. Ah, mungkin kalau aku belum menikah aku ingin melangsungkan pesta pernikahan di tempat itu.

Tak terasa sudah satu putaran aku dan Mas Met mengelilingi Museum Bank Indonesia. Kaki sudah mulai terasa lelah, perut pun mulai minta diisi. Jam yang tertera di layar handphone-ku pun sudah menunjukan sekitar jam satu. Saatnya beranjak dari museum menuju sebuah kafe tempat acara yang harus kuhadiri.

Overall, menurut aku Museum Bank Indonesia ini keren banget. Ga ada kesan tua selain dari bentuk bangunannya. Semuanya tertata dengan rapih dan modern. Mungkin museum ini patut dicontoh oleh museum-museum  lainnya agar jumlah pengunjung museum meningkat. Kalian semua berminat datang ke museum ini? Yuk, jalan-jalan ke museum!

Salam jalan-jalan ke museum biar keren,

dianravi.com

Museum Bank Indonesia

Jl Pintu Besar Utara no 3, Jakarta Barat

Jam buka: Selasa – Minggu, 08.00 – 15.30

Twitter: @MuseumBI

 

 

 

15 thoughts on “Belajar Sejarah Perekonomian di Museum Bank Indonesia”

  1. Saya suka museum. Apalagi ini museum yang berhubungan dengan uang. Jadi nambah referensi tujuan selanjutnya. Noted Mba. Saya coba rencanakan wsktunya…

    1. Kemon, Rin. Ke Jakarta. Aku juga ga ngerti itu kenapa tiketnya gratis. Liat tulisan orang yang baru-baru pun tetap bayar. Mungkin rejeki bloger solehah 😀

  2. Sepertinya banyak pengetahuan yang didapat kalau kita berkunjung ke museum BI ya, nyesel waktu pas berkunjung ke kota Tua enggak kesini 🙁 salam kenal mbakk dian 🙂

  3. Suka sekali dengan tampilan luar gedung museum BI ini, masih terawat dengan baik dan arsitekturnya sungguh unik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *