Traveling

Menjadi Bahagia di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

Assalamu’alaikum semuanya,

Gara-gara nonton Jilbab Traveler 2 minggu lalu, aku jadi keingat terus sama Baluran dan rasanya pengen banget bercerita soal trip ke Baluran 4 tahun  lalu. Dan kalau ga salah ingat perjalanan ke Baluran pun belum pernah aku ceritakan di blog aku yang manapun. Jadi ijinkan aku untuk mengenang kisah Baluran di hari ini.

So, let’s turn back time…..

4 tahun lalu merupakan salah satu titik terendah dalam hidupku. Aku berusaha memperjuangkan sebuah mimpi tapi Allah berkata lain. Mimpi itu sekali lagi harus tertunda. Sebagai penawar kekecewaan mas Met menawariku untuk berlibur. Aku meminta Bali sebagai tempat pelipur lara, tapi kondisi keuangan kami saat itu urung membawa kami ke pulau Dewata. Lalu kemana dong? Mas Met mengusulkan agar kami liburan di sekitar Jawa Timur aja, karena memang saat itu menjelang lebaran, jadi sekalian mudik ke rumah mertua.

Aku pun teringat akan sebuah hutan yang kami lewati beberapa tahun sebelumnya ketika akan menyebrang menuju Bali. Taman Nasional Baluran namanya. Kalau tak salah di tahun itu pun TN Baluran mulai banyak diliput baik di media cetak maupun di layar TV. Dan ketika aku mengusulkan itu, mas Met pun menyambut baik.

Beberapa hari berikutnya aku menyibukkan diri brosing segala sesuatu tentang taman nasional yang dijuluki Little Afrika ini. Dari mulai travel yang mungkin aku bisa bergabung (tapi ternyata semua berangkat dari Surabaya, sehingga jelas itu ga mungkin), kendaraan umum dari Bondowoso menuju Baluran, penginapan di sekitar Baluran, sampai penginapan di dalam Balurannya itu sendiri. Aku pun memutuskan untuk memesan penginapan di pantai Bama yang terletak di dalam Balurannya.

Hari lebaran tiba. Aku pun tak sabar untuk bisa segera melakukan traveling pertama aku dan mas Met. Perjalanan yang menjadi awal dari kisah-kisah perjalan kami 4 tahun terakhir ini. Diam-diam aku merasa bangga karena sudah mengatur sebuah perjalanan, bukan cuma ke Baluran tapi 3 destinasi lainnya sambil tak lupa tetap mengutamakan kumpul-kumpul sama keluarga.

Tapi mungkin bukan traveling namanya kalau rencana-rencana yang sudah diatur sedemikian rupa terpaksa berubah. Begitu ibu tahu kalau anaknya dan aku bakal melakukan perjalanan ke Baluran, justru ibu sengaja menjadwalkan kunjungan ke keluarga di Situbondo di hari yang sama. Tujuannya baik, agar aku dan mas Met bisa ke Baluran tanpa harus naik kendaraan umum, dan bisa sekalian mengajak sepupu yang lain liburan bersama.

2016-08-08_04-13-58

Taman Nasional Baluran terletak jl Raya Situbondo-Banyuwangi, kecamatan Banyuputih, kabupaten Situbondo. Menurut sejarahnya baru pada tahun 1980, Baluran resmi diumumkan sebagai salah satu Taman Nasional di Indonesia. Sebelumnya Baluran dikenal sebagai Suaka Margasatwa. Luasnya sekitar 25.000 hektare dan memiliki 444 jenis tanaman, 26 jenis binatang mamalia, serta 176 jenis burung. Selain itu taman nasional ini juga memiliki pesona mulai dari savana, pegunungan, serta lautnya. Nama Baluran diambil dari gunung yang berada di tempat ini, yaitu gunung Baluran. Tak heran  kalau tagline yang dipakai adalah Complete Your Advanture

Hari menjelang sore ketika rombongan kami tiba di gerbang masuk TN Baluran. Kami istirahat sejenak untuk menunaikan shalat ashar sambil aku pun mengurus pembelian tiket masuk.  Dari gerbang masuk menuju savana bekol masih sekitar 12 km. Jalanan yang bergelombang membuat perjalanan sepertinya semakin lambat.  Rasa lelah mulai terasa mengingat perjalanan kami dimulai sejak pagi hari. Namun rasa lelah itu menguap seketika ketika akhirnya aku melihat padang savana yang belakangan itu muncul di layar TV.

2016-08-08 04.06.55 1

2016-08-08 04.06.56 1

2016-08-08 03.53.28 1

2016-08-08 03.59.34 1

2016-08-08 03.59.33 1

2016-08-08 03.59.35 1

Aku melonjak kegirangan. Semilir angin bertiup ketika aku berdiri di tengah-tengah padang rumput. Aku merasa bebas. Rasa sakit di hati perlahan seperti menghilang. Meski aku tahu sakit itu tak akan pernah hilang sepenuhnya. Aku minta mas Met untuk mengabadikan momen ini. Sambil aku pun mengambil beberapa foto.

Setelah puas meraskan padang rumput yang disebut Savanah Bekol yang luas aku pun mulai melihat-lihat tempat lainnya. Perhentian pertama kami pada menara pandang yang terletak di atas bukit di belakang pos Savanah Bekol. Namanya juga menara pandang, kegunaannya untuk melihat pemandangan dari atas, juga memantau hewan-hewan. Dalam perjalanan menuju menara pandang ini, aku sempat melihat burung Merak dalam sangkar. Sebenarnya bila berkunjung di waktu yang tepat dan cukup waktu serta ditambah keberuntungan kita bisa melihat atraksi tarian burung merak. Itu loh, dimana merak jantan memamerkan kecantikan ekornya untuk menarik perhatian merak betina.

2016-08-08 03.59.47 1

2016-08-08 03.59.36 1

2016-08-08 04.06.52 1

2016-08-08 04.06.50 1 

Menuju menara pandang ini cukup butuh fisik yang lumayan fit. Kami harus menaiki anak tangga, berjalan menanjak sekitar 200 m sebelum akhirnya sampai di menara pandang. Segitu saja? Ya jelas belum lah. Masih ada 2 lantai menuju puncak menara pandang. Tapi untung pemandangan yang ditawarkan begitu indahnya, sehingga aku tak tergoda untuk membatalkan niatan sampai ke puncak menara padang.

Dari savanah Bekol, kami melanjutkan perjalanan ke pantai Bama. Di tempat inilah tadinya aku dan mas Met berencana untuk menginap. Dari dalam kendaraan aku  melihat entah binatang apa di dalam semak-semak padang savanah. Diam-diam aku memimpikan untuk menyusuri jalanan ini dengan berjalan kaki saja. Toh jarak pun hanya sekitar 3 km. Semakin mendekati pantai semakin banyak monyet-monyet berkeliaran. Tapi dari beberapa blog yang aku baca, monyet-monyet ini tidak akan mengganggu selama kita juga tidak menggangu. 

2016-08-08 04.00.01 1

2016-08-08 03.59.59 1

2016-08-08 03.59.51 1

2016-08-08 04.06.32 1

Biru nya air laut seolah memanggilku. Begitu kendaraan berhenti aku pun segera berlari ke arah pantai. Tidak, aku tidak menyeburkan diri ke air laut. Aku hanya duduk manis menatap lautan lepas. 2 sepupu ku yang masih kecil pun tak mau kalah, langsung menyeburkan diri ke dalam laut dan bermain air. Tiap orang memang punya cara masing-masing untuk menikmati ciptaan Allah. Sementara adik iparku memilih untuk berdiam diri di dalam mobil karena takut monyet. 

Selain menikmati pasir putih dan birunya air laut, pantai Bama menawarkan kegiatan snorkling, berkano, serta menjelajahi hutan bakau. Sebenarnya aku tertarik untuk berkano. Tapi mungkin karena hari sudah cukup sore aku tak menemukan tanda-tanda penyewa kano. Lihat perahu sih sedang ditambatkan. Tapi aku tak melihat kehadiran orang lain selain rombongan kami. Mungkin kali ini aku harus berpuas diri dengan hanya menikmati pemandangan saja. 

Hari semakin sore. Kami harus kembali pulang ke Bondowoso. Aku memutuskan untuk tak jadi menginap dengan alasan tak enak rasanya didrop begini sama orangtua. Sementara mengajak mereka menginap, mereka tak mau. Aku mengalah pada egoku yang diam-diam ingin menikmati hari itu berdua saja sama mas Met. Insyaallah masih akan ada kesempatan lain untuk kami kembali mengunjungi tempat ini kembali.

Semilir angin di padang rumput, menikmati pemandangan gunung Baluran, serta menatap lautan lepas, alhamdulillah membuat semangatku kembali bangkit.Tak heran kalau ayah Rania dalam film Jilbab Traveler memiliki kesan mendalam terhadap Baluran. Begitu juga dengan Ranianya. Aku pun bisa menentukan langkah apa yang akan aku tempuh berikutnya. Aku memutuskan untuk bisa sebanyak mungkin melangkahkan kaki keliling Indonesia, kalau perlu dunia. Aku ingin berkelana sementara waktu. Aku ingin mengobati rasa sakit di hati ini dengan petualangan. Aku ingin menjadi bahagia di alam bebas. Karena seperti yang  dikatakan Marischka Prudence:

Memori dari traveling bisa mendatangkan kebahagiaan 

Salam rindu pada Baluran,

2016-08-08_01-23-15

13 thoughts on “Menjadi Bahagia di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur”

  1. Waktu liburan ke banyuwangi aku sempat kesini mba, waktu itu lagi musih hujan jadi gak terlihat seperti africa van java deh soalnya rumputnya pada hijau tapi tetap keren abiess kok.

  2. Waaaaak keren banget, Mbak! Pantes sih kalau dijuluki little Afrika. Dahlah jadi pengin ke sana juga, foto buat dipajang di instagram bagus nih. Eh. Hehehe.
    Btw, Mbak Dian di foto sekilas mirip Asma Nadia deh :3

  3. Jadi inget waktu ke sana juga. Sekitar 2 tahun lalu gak nyangka ya serasa ada Afrika di Indonesia….Subhanallah.
    Tambah lagi minggu kemaren liat vc nya raissa yg shootingnya sana…aaaa…jadi pgn kesana lagi..kangen sama pohon2nya, tanah retak2nya jg sama rusa2 yg ngintip malu2 klo difoto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *