Ikut Merayakan Pesta Rakyat di Hari Jadi Bondowoso ke 197

2016-08-25 05.12.36 1

Assalamu’alaikum semuanya,

Ngelongok blog ini, sudah 2 minggu aja absen dari tulisan baru. Padahal minggu lalu aku mencoba untuk menulis langsung dari Bondowoso. Tapi ternyata hanya berhasil sebatas draft semata. Aku memang masih harus berjuang lebih rajin lagi dalam menulis.

Iya, aku baru aja pulang mudik ke rumah mertua. Kirain bakal sempat menulis. Laptop dan modem udah ditenteng menuhin bagasi mobil. Tapi ternyata aku terlalu sibuk bobo cantik eh maksdunya sibuk bantu-bantu persiapan dan sesudah acara.

Pulang ke rumah mertua kali ini dalam rangka pernikahan adik ipar sekalian silaturahmi dengan keluarga besar Mas Met karena lebaran kemarin kan ga pulang. Total liburan sekitar 10 hari, tapi 4 hari udah abis dipake perjalanan, sisanya bantu-bantu persiapan hari H, bantu bersih-bersih selesai acara, muterin alun-alun  entah berapa balikan, dan tentunya bobo-bobo cantik. Jadi harap maklumlah kalau blog ini hiatus beberapa waktu (ah, alasan!).

Begitu tiba di rumah mertua, adik bungsu yang baru akan masuk kuliah langsung menyambut aku dengan sebuah sapaan yang membuat rasa capek hilang seketika. “Mbak, nanti kita datang ke Pesta Rakyat ya! Ada kopi gratis loh.” Memang sebelum berangkat aku sudah sempat bertanya sama mas Met, biasanya kalau 17an di Bondowoso ada acara apa, yang dijawan dengan karnival. Tapi rupanya, kedatangan aku ke Bondowoso bukan cuma dalam rangka 17an saja, tapi juga pas ada serangkaian acara Hari Jadi Bondowoso (HarJaBo) ke 197.  Rangkaian acara yang dilangsungkan cukup banyak dan dimulai dari akhir Juli kemarin. Tapi aku hanya bisa mengikuti Pesta Raykat yang dilangsungkan tanggal 13 Agustus dan Pawai Mobil Hias pada tanggal 18 Agustus-nya.

harjabo

Sempat agak bingung dengan jadwal Pesta Rakyat yang  dilangsungkan hari Sabtu, 13 Agustus 2016 kemarin itu. Pasalnya kalau di lihat di jadwal yang terpampang di Alun-Alun RBA Ki Ronggo, tertulis acara mulai jam 15.00. Tapi di papan reklame yang lain justru ditulis jam 18.30. Tapi toh kenyataannya aku pun baru bisa keluar rumah malam hari setelah acara pengajian untuk untuk acara nikahan esok harinya selesai dilangsungkan.

Sekitar pukul 19.30 aku pun pamit sama orang rumah mau ke alun-alun bersama Tika, si adik bungsu, serta dua sepupu mas Met, Adam dan Iping. Mas Metra ga bisa ikut karena harus bantu buat persiapan besok. Sambil jalan pun aku menghubungi mama papa yang juga tengah berada di Bondowoso. Kami janjian mau ketemuan di alun-alun pas acara Pesta Rakyat. Ketika aku keluar dari gang rumah ibu mertua, terlihat kendaraan cukup padat untuk ukuran kota kecil ini. “Wah Jakarta pindah ke sini. Jadi macet,”celetuk Adam.  Aku mesti bersyukur rumah mertua ga ada 1 km jaraknya dari alun-alun. Jadi ga perlu repot bawa kendaraan dan mencari tempat parkir.

Sekitar 10 menit dengan berjalan santai, kami pun tiba di Alun-Alun yang katanya merupakan alun-alun terluas di Jawa Timur. Nama Alun-Alun RBA Ki Ronggo diambil dari nama Raden Bagas Assara Ki Ronggo yang sejak usia 17 tahun diangkat sebagai Mentri Anom dan pada tahun 1794 memperluas wilayah kekuasaannya pada kawasan yang kini dikenal sebagai Bondowoso. Pada 17 Agustus 1819, Adipati Besuki, R. Aryo Prawirodiningrat, yang merupakan orang kepercayaan Gubernur Hindia Belanda, menjadikan wilayah Bondowoso lepas dari Besuki dengan status wilayah sebagai Keranggaan Bondowoso dengan mengangkat RBA Ki Ronggo sebagai penguasa wilayahnya.

Berdasarkan agenda acara yang tertampang di salah satu papan reklame di sekitar Alun-Alun, rangkaian acara Pesta Rakyat akan menghadirkan car free night, festival tape, kopi gratis, atraksi dari beberapa komunitas yang di Bondowoso, panggung hiburan, serta kembang api. Acara Harjabo ini sendiri hanya diadakan di bagian utara alun-alun, yaitu di seberang Kantor Bupati Bondowoso.

 

2016-08-25 05.12.38 1

2016-08-25 05.15.30 1

Gerbang masuk acara HARJABO berada di depan SDN Dabasah, sementara panggung acara ada ujung jalan satunyayang tak jauh dari Kantor Pos Bondowoso. Sepanjang jalan dari gerbang masuk menuju arah panggung tampak stand-stand yang menawarkan kopi dan tape. Kopi berada di sisi kiri, sedang tape berada disebrangnya. Ditengah-tengah tampak atraksi dari komunitas aksi sepeda Bondowoso. Meskipun judul acara adalah Kopi Gratis, namun tak semua orang bisa mencicipi kopi gratis ini. Kopi gratis hanya bagi yang medapatkan tiket. Sayangnya aku termasuk orang yang gagal mendapatkan tiket acara, mungkin karena terlambat datang. Tapi aku berhasil mendapatkan 1 cup kecil kopi arabika dari salah satu stand setelah aku membeli satu bungkus kopi luwak untuk dibawa ke Jakarta.

Festival Tape aku ga terlalu heran kalau diselenggarakan di Bondowoso, meskipun baru pertama kali ini menyaksikan langsung acara ini. Dari awal menikah tape dan aneka olahannya selalu menjadi oleh-oleh wajib tiap pulang dari rumah mertua. Bahkan ada tetangga rumah yang selalu menantikan dikirimnya tape Bondowoso setiap kali aku mudik. Menurut dia (dan menurut banyak orang juga sih), tape Bondowoso dari segi rasa berbeda dengan peuyeum yang ada di Jawa Barat. Aku yang ga terlalu mengerti soal citra rasa sih lebih melihat beda dari segi cara menjualnya aja, kalau di Jawa Barat tape itu digantung dan dikenal dengan nama peuyeum, di Bondowoso tape dijual dalam besekan.

Tapi kenapa ada acara kopi gratis juga ya? I’m wondering. Apalagi MC acara terus-menerus menyebutkan kata Bondowoso Republik Kopi. Hmm…apa itu nama merk kopi Bondowoso? Aku tahu memang Bondowoso memiliki perkebunan kopi di daerah sekitar Kawah Ijen. Mungkin itu yang dimaksud. Mungkin kopi tersebut menjadi salah satu sponsor acara. Ah, tapi ternyata aku salah. Republik Kopi bukanlah merk dagang. Tapi justru nama baru Bondowoso. Rupanya pada 22 Mei 2016 lalu, Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, mendeklarasikan Bondowoso sebagai Republik Kopi. Hal ini berkaitan dengan keunggulan kopi Arabika Lereng Ijen-nya yang mulai mendunia. Hmm, pantas selama ini aku selalu menikmati kopi hitam buatan ibu mertua. Rupanya bukan semata karena dibikin oleh rasa cinta, tapi juga karena dibuat dari salah satu kopi yang terbaik di Indonesia.

 

2016-08-25 05.23.59 1
2016-08-25 05.12.39 1
2016-08-25 05.15.33 1

 

Karena dirasa terlalu ramai, dan aku khawatir harus menjaga sepupu-sepupu kecil ini seorang diri, akhirnya aku memutuskan untuk mengajak mereka keluar dari tempat acara dan mencari tempat yang lebih sepi sambil jajan cemilan. Aku pun kembali menghubungi mama memberitahu tempat aku menantinya. Rupanya mama papa malah sudah berada di depan panggung acara. Kami pun bertemu, sambil menikmati jajanan yang ada di sekitar.

Aku menemukan stand pedagang Taiyaki. Itu loh cemilan bentuk ikan yang terkenal di Jepang. Rupanya di Bondowoso pun sudah ada. Harga yang dibandrol pun sangat ramah di dompet, mulai dari Rp 4.000 – Rp 7.000 tergantung isinya. Aku memutuskan untuk mencoba yang paling mahal, yaitu isi mozarella. Sementara mama papa asik menikmati wedang ronde.
2016-08-25 05.13.16 1
2016-08-25_06-47-10

 

Lagi asik berbincang-bincang, tiba-tiba terdengar letusan kembang api. Wah, ternyata acara kembang api sudah dimulai. Aku pun langsung mengarahkan kamera arah langit sambil harap-harap cemas berhasil mengabadikan foto yang ga burem.

Hari semakin malam. Sepertinya kami harus segera pulang agar besok ga kesiangan untuk acara akad nikah jam 7 pagi. Hati riang bukan kepalang. Malumlah, aku anak kota yang jarang bisa mengikuti pesta rakyat. Blom apa-apa sudah malas duluan melihat macetnya jalanan ibukota. Kalau kalian, apa ada yang suka mengikuti acara pesta rakyat juga?

2016-08-25 05.12.44 1

Salam kembang api,

2016-08-08_01-23-15

5 Comments

Add Yours →

Waaah seru yaaaa…terutama bagian nyicipin kopi dan ternyata bondowoso itu republik kopi. Aaah nyesel kmaren ga nitip deh ah huhuuu…
Apa kabar lai sama endapan cerita perjalanan aku wkt di ambon ya…wkwkwk *toyorkepalasendiri *dasarpemalas

Ayo semangat nulis terusss

Leave a Reply