Becak Hias di Yogya, Takut-Takut tapi Suka

Assalamu’alaikum,

2016-08-04 02.50.09 1

“Mbak Dian, nanti kita main becak hias ya.” Permintaan itu diutaran oleh Aya saat kami akan liburan ke Yogyakarta beberapa bulan yang lalu. Seperti biasa, aku kebagian tugas membuat itinerary. Sepertinya orang-orang terdekatku udah paham banget betapa bahagianya aku kalau disuruh corat-coret kertas buat bikin rute perjalanan. Aku pun memasukan acara main becak hias yang berada di alun-alun kidul pada malam terakhir kami di Yogkarta.

Hari terakhir kami di Yogja menjadi agenda yang rasanya paling random selama liburan itu. Kenapa aku bilang random? Pagi hari dimulai dengan mengunjungi Museum Ullen Sentalu, makan gudeg Yu Djum, belanja oleh-oleh bakpia Kurniasari, kemudian kami mampir ke sebuah pertokoan karena anak Aya yang paling besar minta dibelikan sebuah mainan, sebelum kendaraan yang kami sewa membawa kami ke Alun-Alun Kidul. Jarak yang cukup saling berjauhan serta panas terik di kota Yogya saat itu cukup menghabiskan energi yang ada. 

“Kalau capek ga usah aja main becak hiasnya,” usul Aya. Tapi rasa masih ingin berlibur yang kuat dari aku dan Mbak Shinta menolak mentah-mentah usul dari Aya itu. “Tapi kalian yang gowes ya. Aku kan males disuruh gowes-gowes.” Lagi-lagi permintaan Aya aku sanggupi. Dalam hatiku, seberapa susahnya sih cuma gowes aja.

2016-08-04 02.50.07 1

Turn out I’m wrong. Begitu mobil memasuki area Alun-Alun Kidul, nyaliku ciut melihat keramaian yang ada. Kendaraan roda empat, roda dua, juga kendaraan hias bersatu padu, tumpah ruah, memadati sekeliling alun-alun. Tapi melihat becak yang dibikin mirip mobil VW  kodok dengan lampu-lampu led warna-warni dan berhiaskan Hello Kitty dan Doraemon juga tokoh kartun lainnya berhasil mengalahkan rasa takutku. Untungnya agak susah mencari tempat parkir, cukup waktu untuk meyakinkan diriku kalau aku pasti bisa mengowes di keramainan ini.

Alun-Alun Kidul atau dalam bahasa Indonesia berarti alun-alun selatan, tertelak di belakang Keraton. Karena itu juga sering disebut Pengkeran, yang berasal dari kata pengker yang berarti belakang. Dikelilingi tembok persegi dan 5 gapura, alun-alun ini memiliki luasan 100 x 100 m.  Alun-Alun Kidul ini terkenal dengan mitos pohon beringinnya. Permainan yang disebut dengan Masangin adalah permainan dimana kita berjalan melintasi dua pohon beringin dengan mata tertutup. Katanya hanya orang yang berhati lurus dan tulus yang bisa melintasi dengan jalan lurus, ga belok-belok dan ga miring-miring.

Tapi malam ini aku dan kedua sahabatku tidak akan melakukan permain Masangin itu. Bahkan kami pun ga bermain dalam alun-alunnya. Kami hanya akan turun dan menaiki mobil hias mengililingi AlKid (singkatan dari Alun-Alun Kidul), dari jalan rayanya.

2016-08-04 02.50.01 1

Setelah berusaha menawar tapi gagal, kami pun pasrah dengan harga Rp 30.000 untuk satu putaran. Kendaraan yang kami pilih jelas yang berwarna pink dan ada Hello Kitty-nya. Dan sekarang adalah saatnya untuk……PANIK!! Kok panik? 

2016-08-04 02.42.53 1

Gimana ga panik. Aku harus duduk di kursi pengemudi. Mas-mas rentalnya nunjukin rem tangan, rem kaki, setir, dan cara mengemudinya. Barulah aku sadar sesuatu: AKU KAN GA BISA NYETIR!!! Terakhir kali aku menyetir mobil adalah 12 tahun lalu, ketika baru-baru nikah. Abis itu aku mulai ngerasa keenakan disupirin suami lanjut jadi takut liat kendaraan-kendaaran lain yang semakin horor di jalanan ibukota. SIM pun sengaja aku matikan biar ga disuruh nyetir lagi. Terus sekarang saat lagi liburan aku mendadak harus gowes yang bentuknya kaya mobil, di jalanan ramai, dengan motor-motor yang seliweran menakutkan. Hmm…..

2016-08-04 02.46.39 1

2016-08-04 02.42.49 1

2016-08-04 02.46.38 1

Inhale…exhale…

Mbak Shinta bolak-balilk ngetawain aku yang keliatan panik. “Ga pa-pa. Biar lo jadi berani nyetir lagi,” begitu komentarnya.

“Ga usah takut, mbak. Kendaraan yang lain bakal ngalah kok,” mas-mas rental becak hias ini pun berusaha menenangkan aku. Aku pun cuma bisa pasrah. Bismillah….

Di dalam kendaaran di kasih semacam vdc/dvd player yang memutar lagu super kencang. Awalnya aku agak keganggu sama musik kecang itu. Tapi akhirnya aku malah bersyukur karena gara-gara musik itu, klakson-klakson dari kendaraan lain jadi ga terlalu terdengar. Aku pun mulai bisa santai sambil menggowes.

1 putara aja sangat cukup buat aku. Keringat lumayan deras mengalir. Efek capek campur panik kayanya. Tapi setelah selesai satu putaran dengan belagunya aku pun mengeluarkan komentar, “Oh, cuma gitu aja.”  ahahahaha… Tapi kebelaguan-ku itu justru disambut oleh petuah dari Mbak Shinta, “Iya, cuma gitu aja. Nanti kita nabung, beliin buat Dian. Biar lo kemana-mana gowes becak VW.” Disambung dengan ketawa puas dari Aya “Biar kapok tuh jadi orang sombong.”

Ada yang mau naik becak  super unyu ini? Kalau lagi ke Yogya, mampir ke Alun-Alun Kidul. Becak hias ini mulai beroperasi dari jam 18.00 wib. Jangan lupa siapin fisik dan pakaian  yang nyaman.

Salam gowes,

dianravi

 

About The Author


dianravi

Dian Safitri, travel and lifestyle blogger muslimah yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. Pecinta kopi dan makanan. IVF Surviver.

6 Comments

  1. iya , aku sih rada takut akrena berjalan dengan mobil dan motor di sekitar kita, itu yang kadang bikin panik

Leave a Comment