Bentuk Sebuah Komintmen dalam Film Before We Go

Bismillahirohmanirohim,

How can one of my worsts nights in my life is also be one of the best?

Brooke Dalton – Before We  Go, Movie

Entah sudah berapa kali aku memonton film yang bergenre drama ini. Pertama kalinya aku menonton ketika ditayangkan premier di Fox Movie. Sayangnya aku terlanjur merasa lelah, sehingga aku urung menonton sampai selesai film ini. Esoknya aku kembali menonton ulangannya. Dan masih sempat beberapa kali menontonnya lagi bersama Mas Met, di saat itulah aku sadar, ada pesan yang menarik dalam film ini yang rasanya bagus untuk aku tulis. Tapi dasar pemalas, tulisan itu tak kunjung aku kerjakan pula. Hingga akhirnya Senin ini aku kembali menonton film berjudul Before We Go kembali dengan tekad untuk langsung ditulis.

Film berdurasi 1 jam 35 menit ini dibintangi oleh Chris Evans dan Alice Eve. Tak perlu menyebutkan bintang-bintang lainnya karena sepanjang film hanya mereka berdua inilah yang paling mendominasi layar.

Di awali dengan adegan di Grand Central, stasiun kereta paling terkenal di New York. Chris Evans nampak sedang memaikan terompetnya sebagai seniman jalanan di dalam stasiun. Hari sudah larut, suasana Grand Central nampak semakin sepi, beberapa lampu terlihat mulai dimatikan. Chris Evans kali ini nampak tengah duduk di salah satu lorong, mengubungi seorang temannya melalui handphone, dari percakapan yang tertangkap sepertinya ia tengah galau untuk menghadiri suatu acara. Seorang wanita berlari, tampak terburu-buru. Tak sengaja ia menjatuhkan handphone-nya tak jauh dari tempat Chris Evans duduk. Rupanya ia tengah mengejar sebuah kereta, namun tetap saja ia gagal. Padahal itu adalah kereta terakhir, dan stasiun akan segera tutup.


Perkenalan dua manusia itu pun terjadi secara tak sengaja. Nick Vaughan dan Brooke Dalton. Awalnya Nick merasa kasihan ketika melihat Brooke tampak bingung berdiri di depan stasiun. Usut punya usut Brooke baru saja kehilangan tasnya. Seluruh dompet beserta kartu kredit dan kartu identitasnya lenyap. Yang tersisa hanyalah tiket untuk kereta api yang baru bisa ia gunakan esok pagi serta handphone yang rusak akibat terjatuh. Padahal ia harus segera pulang ke Boston sebelum suaminya kembali dari luar kota. Nick mencoba menawarkan untuk naik taksi ke Boston, tapi rupanya kondisi Nick pun tak memungkinkan untuk membayari perjalanan itu. Di dompetnya hanya tersisa $40 dollar dan dua kartu kredit yang sudah melampaui batas pemakaian.

Wanna come with me, have a little adventure, find your purse?

Tawaran dari Nick itulah memulai kisah petualangan mereka sepanjang malam hingga pagi hari.

Jangan bayangkan kalau film ini seperti drama pada umumnya. Drama yang disutradarai oleh Chris Evans ini terkesan sederhana dan serius, sepanjang film hanya dipenuhi scene jalan-jalan dan percakapan. Kalau lagi lelah, sebaiknya tak usah menonton film ini, karena pasti akan terkesan membosankan. Tapi kalau memang suka dengan film-film yang memiliki pesan mendalam, silakan lanjut menonton film ini.


Petualangan mereka dimulai dengan mengunjungi bar tempat Brooke kehilangan tasnya. Menurut Nick, umumnya pencuri hanya akan mengambil uangnya saja, kartu kredit dan kartu identitas pasti akan dibuang. Mereka pun mulai mencari di tempat sampah di sekitar tempat kejadian. Tapi semua itu tak membawa hasil apa pun. Akhirnya Nick mencoba menjanjikan sebuah imbalan pada bartender di tempat itu bila ia bisa memberikan informasi mengenai tas milik Brooke yang hilang. Bar tender tersebut pun memberikan sebuah alamat. Imbalan yang diberikan? Tentu saja bukan berupa uang, karena mereka ini kan judulnya sedang tak punya apa-apa.

Alamat yang diberikan sepertinya semacam sebuah pabrik garmen. Nick meminta Brooke untuk menunggunya di luar. Ia yang akan berusaha mendapatkan tas Brooke seorang diri, karena sepertinya tempat tesebut cukup berbahaya. Nick sudah berhasil melihat tas milik Brooke, ia sedang berusaha negosiasi soal pembayarannya. Rupanya Brooke malah berpikir untuk meminta bantuan polisi. Melihat petugas polisi di depan pintu, para penadah itu panik, menghajar Nick, dan kabur dengan tas-tas itu.

“So, what’s next?” Ketika Nick menanyakan apa kiranya yang akan mereka lakukan, Brooke terlihat sudah pesimis. Dia hanya menjawab dengan semuanya sudah gagal. Dia harus pulang sebelum suaminya tiba di rumah, atau pernikahan dia gagal. Nick menduga kalau Brooke berselingkuh, suaminya tak tahu kalau ia berada di New York. Brooke pun meyakinkan kalau ia tidak memiliki selingkuhan, ia di New York karena untuk membeli sebuah lukisan, dan suaminya pun tahu kalau ia di New York. Ia hanya harus pulang lebih dulu dari suaminya karena sebuah alasan yang tak bisa ia ceritakan. Nick akhirnya percaya, ia masih ingin membantu. Ia pun menceritakan sedikit soal kisah hidupnya, ia di New York untuk sebuah audisi esok hari, saat itu harusnya ia menghadiri sebuah acara yang ia enggan hadiri. Jadi, lebih baik ia mencari cara untuk membantu Brooke pulang agar ia terlihat seperti pahlawan.

Kisah mereka malam itu pun terus berlanjut. Nick akhirnya mengusulkan untuk menemui temannya di acara yang seharusnya ia datangi. Mau tak mau akhirnya dia pun bercerita kalau alasan dia untuk tak menhadiri resepsi pernikahan temannya malam itu dikarenakan kehadiran mantannya yang enggan ia temui. Nick masih memendam perasaan terhadap mantannya meski sudah 6 tahun berlalu. Brooke justru mencoba menyemangati Nick agar memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. Alih-alih disambut baik, Nick kembali mengalami patah hati. Tapi justru kali ini Nick merasa lega, karena ia mendapatkan jawaban kalau dia tak akan pernah bisa bersama mantannya lagi selamanya.

Brooke pun mulai membuka rahasianya kenapa ia harus pulang sebelum suaminya pulang. Dia mengetahui kalau suaminya memiliki selingkuhan di luar kota secara tak sengaja ketika dia membuka email suaminya. Dia tak melakukan apa pun selain terus menerus membaca email seperti membaca novel. Hubungan itu sepertinya berakhir. Tapi baru-baru ini ia kembali melihat email kalau suaminya akan keluar kota dan perempuan lain itu mengajaknya untuk bertemu. Ia pun marah dan memutuskan untuk pergi ke New York. Ia meninggalkan cincin pertungan dan pernikahan mereka bersama dengan hasil print email soal perselingkuhan suaminya tersebut. Berpikir untuk meninggalkannya begitu saja. Tapi saat menanti Nick di pabrik garmen, ia menghubungi suaminya melalui telepon umum, dan mengetahui kalau suaminya akan pulang lebih cepat yang artinya ia tak jadi bertemu dengan selingkuhannya.

Tak diragunakan, Brooke dan Nick pun akhirnya saling memiliki perasaan tertarik satu sama lain. Tapi mereka berusaha untuk menepis perasaan tersebut.

Is it possible that you could meet somebody who is perfect for you, even though you were committed to somebody else?

Pertanyaan itu dilontarkan Brooke, layaknya sebuah drama pada umumnya yang akan berakhir bahagia dengan terjalinnya hubungan dua tokoh utama. Tapi tidak dengan film ini. Mau tahu jawaba Nick atas pertanyaan tersebut?

If your’re committed to somebody, you don’t allow your self to find perfection in someone else.

Matahari pagi muncul. Mereka pun kembali ke Grand Central. Saatnya Brooke untuk kembali ke Boston dan memperbaiki hubungan dengan suaminya. Tak ada lagi kisah Brooke dan Nick.

Kalau saja aku yang menuliskan skenario film ini, mungkin akhirnya pernikahan Brooke akan berakhir dan Brooke dan Nick akan menjadi pasangan. Ah, untung saja bukan aku yang menuliskan kisah ini. Karena tentunya akan membosankan. Cerita ini mengingatkan aku dengan trilogi Before Sunrise, Before Sunset, dan Before Midnight. Bahkan judulnya pun agak-agak mirip. Apakah nantinya akan dibikin lanjutannya? Biarlah waktu yang akan menjawabnya nanti.

Kenapa aku suka sama film ini? Lewat film ini mau ga mau aku seperti diingatkan kembali, bahwa yang namanya  berkomitmen dalam pernikahan mau tak mau kita harus belajar menutup mata untuk tidak melihat lagi kelebihan orang lain yang mungkin dirasa lebih cocok untuk kita. Ketidakcocokan dalam rumah tangga pasti sesekali akan terjadi. Yang harus dilakukan adalah berkomunikasi mencari jalan keluar bersama, bukan dengan melihat yang lain.

Satu quote lagi sebagai penutup tulisan ini. Quote ini dilakukan oleh seorang peramal ketika Brooke mengajak Nick untuk mencoba mengetahui soal masa depan. Ini adalah quote favorit aku:

There is no perfect. There will always be struggle. You just have to pick who you want to struggle with.

25 Comments

Add Yours →

Waahhh, bahaya nih, seorang istri jatuh cinta lagi sama laki-laki lain. *ehgimana deh. Wkwkwk

Itu pas moment pertama ketemu kira2 suasananya romantis gak ya? Kan malam2 yg sudah larut. Pasti sepi.

AAAAAK AAAAAAKKKK AKU PENGIN NONTON! KALO SENDIRIAN DI RUMAH UDAH JERIT-JERIT KAYAKNYA NIH HAHAHAHA

Ini spoiler banget, sih, Mbak. Tapi kisahnya bikin aku kangen seseorang gitu mwahaha yes, gak ada yang sempurna. Tapi berkomitmen dengan seseorang yang tampak sangat sempurna untuk kita itu anugerah sekali. Udah ah, ntar jadi curhat.

Cari di HOOQ, ah. Wkwkwk.

There is no perfect. There will always be struggle. You just have to pick who you want to struggle with.

Suka banget quote ini. Hihihi.
Aku belum pernah nonton film ini. Eh, kapan aku terakhir nonton film ya. Hahhaaha. Rasanya waktuku habis untuk nututi si K yang lagi belajar jalan.

Kalau lihat dilemma langsung ,mungkin aku juga bakal berfikiran sama, Brooke and Nick bersatu, tapi kalau bicara masalah komitmen, maka setuju Brook kembali pada si suami, toh si suaminya udah mau memperbaiki kehidupannya.
Kalau udah nikah itu banyak yah, cobaannya ? Dan harus dipertahankan sebisa mungkin, beda d2ngan pacaran kalau udah tersakiti putus, selesai gitu.. heheeh

untung bukan film drama korea. Drama kebarat baratan bagus nih aapalagi genrenya romantis jadi penasaran ama film aslinya gimana ntar coba cari ah film before we gonya

Suka dengan kutipan ini “Ketidakcocokan dalam rumah tangga pasti sesekali akan terjadi. Yang harus dilakukan adalah berkomunikasi mencari jalan keluar bersama, bukan dengan melihat yang lain.”
sejatinya laki-laki dan wanita yang sudah berkomitmen membina rumah tangga adalah dua orang yang berbeda karakter. namun perbedaan itu hendaknya tidak menjadikan masalah baru melainkan rasa saling menghargai dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Aku udah nontooonn!

Hahahaha

Sweeettt

Dannn aku suka banget quote2nya, apalagi yg paling akhir.

Jadi gimana? Kamu mau berjuang bersamaku?

If your’re committed to somebody, you don’t allow your self to find perfection in someone else.
gw suka quote ini ❤

kl sdh menikah memang pasti ada kalanya godaan dr luar dtg, mempertahankan komitmen itu tdk mudah tp harus dr niat dan memupuk rasa bersama pasangan itu harus untuk menjaga keharmonisan.

*tsah apaan gw haha

Aku suka banget film ini. Juga film Trilogy-nya Julie D itu. Meski yg ketiga, aku kurang menikmati, padahal di pulau eksotisnya Aphrodite, ya?
Balik ke film Before We Go. Aku suka pakai banget dan jadi salah satu my most wacth movie, sampai sekarang. Pengen bikin novel seperti itu tapi agak susah. Hahahaha… Banyak pesan, yg penting 2 orang ngomong tanpa bosan.

Pernah nonton film sejenis ini, tp akhirnya mereka jadian. kalau film ini diending jd pasangan, mboseni bgt hahaha

Mau nemuin suami yg selingkuh, malah ribet dg perasaan sendiri, hadeh!

Pernikahan yang terancam gagal karena hadirnya orang ketiga itu adalah tema yang sedap sedap ngerii…!

Kita dipaksa memahami perasaan dari sisi mereka.

Jadi gimana doonk…?

Heehhe…milih tema yang aman, kalo pas nonton.

Pertemuan di stasiun selalu menarik, menimbulkan gejolak tersendiri wkwk. Rini belum pernah nonton film begini teh. Boleh kali ya dicoba wkwk

Astagaa, page one boooo’. Mbak Dian Ravi, aku lagi browsing filmnya Babang Chris Evans, eh blog Mbak Dian nongol hehehw. Abis liat trailernya barusan, huhuhuu.

dan saya baru notnon di tahun 2020 cobaaa.. kemana aja gw selama iniiii..
pas baca review mb dian.. saya jadi terbuka.. ni film bukan endingnya yg penting.. tapi pesan tentang komitmen pernikahan nya.. si pembuat film sengaja gantungin cerita d akhir.. selain buat penasaran tapi juga ingin menyampaikan buka the end of story lohh pelajaran dari film ini.. (ah gw ngomong apa sih wkwk)
.
kalo saya jadi nick, saya akan meninggalkan nomer telpon d sana.. berharap pernikahan nya ga baik baik aja dan kembali ke nick.. ini mah saya.. hahaha..

Hai mbaa Dian….baruu kemarin malam bangetttt….nonton film inii. kemana aja sayaa. saya langsung jatuh cinta pas baca review dan trailernya, saya suka seluruhnya, alurnya, pesan pesannya…semacam pelarian barangkali nih…#Ngaku.

kadang kita harus take a break di tengah tengah “perjuangan” ini bukan??. kadang kita harus mundur sedikit, utk mengambil ancang2 ketika akan berlari dg kencang. dan bukanya berbalik arah. film ini begitu mewakili dg apa yg saya rasakan, dan saya pikirkan. Dan begitu selesai nonton film ini, penilaian di endingnya cukup “fair”. Persis seperti yg mereka centang di kertas responden di hotel tempat mereka menginap yah…Fair.

Leave a Reply