Bismillahirohmanirohim,
The purpose of life is to be happy
-Dalai Lama
Tujuan hidup adalah untuk mencari kebahagiaan. Tak heran kalau teman-temanku sering kali berpesan, “Jangan lupa bahagia.” Masalahnya seringkali kita terjebak dengan mencari kebahagiaan. Seringkali kita berpikir untuk menjadi bahagia kita harus sukses terlebih dahulu secara karir. Hmm benarkah demikian? Tak cukupkah bila kita bahagia dengan apa yang sudah kita miliki saat ini?
Berdarsarkan perenungan tentang kebahagiaan itulah yang menjadi alasan DR AB Susanto menuliskan buku yang berjudul Happiness Revolution: Transforming Your Path into A Meaningful Life. Melalui buku ini, AB Susanso yang sebelumnya sudah menulis lebih dari 60 judul buku di bidang manajemen memaknai arti kata bahagia. Menurut AB Susanso, bahagia adalah mempunya rasa damai, kecukupan, dikasihi, serta bebas dari rasa takut, benci, dan marah. Lewat buku ini, AB Susanto ingin mengajak para pembacanya untuk mengembangkan road map untuk mencapai kebahagiaan.
Aku merasa beruntung ketika menghadiri launching buku Happiness Revolution: Transforming Your Path into A Meaningful Life, hari Rabu, 27 Sepetember 2017 lalu. Bertempat di Gramedia Central Park, aku bisa melihat sendiri bagaimana sosok AB Susanto begitu disayangi oleh kerabat dan keluarganya. Mereka secara bergantian merayakan buku terbaru dari AB Susanto ini dengan membacakan puisi.
Kenapa puisi? Karena pada hari yang sama, selain buku Happiness Revolution: Transforming Your Path into A Meaningful Life, juga diterbitkan buku Poetry Collections. Yang bikin menarik buku puisi ini memiliki konsep trilingual, alias ditulis dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Ketika ditanya alasan mengapa menuliskan puisi dalam tiga bahasa, AB Susanto menjawab bahwa ia berharap buku Poetry Collections-nya ini bisa dijadikan oleh-oleh dari Indonesia.
Kita Harus Menjadi Bahagia Dulu Untuk Menulis Tentang Kebahagiaan
Seseorang yang sudah bisa menulis tentang happiness, berarti ia sudah tamat dengan kehidupannya. Ia sudah mendapatkan kebahagiaannya
-Maya Rumantir
Sebenarnya kalimat yang diucapkan oleh Maya Rumantir itu membuat aku sedikit berpikir, apakah artinya hidup aku pahit ya, karena baru-baru ini draft buku aku ditolak mentah-mentah oleh seorang dosen karena menurut beliau ending-nya terasa pahit. Ah, sudahlah, kita bicarakan mengenai aku lain kali saja. Mari kita kembali pada sosok AB Susanto.
DR AB Susanto ini adalah pendiri The Jakarta Consulting Group. Selain itu beliau juga seorang dokter, konsultan manajemen, serta aktivis dalam berbagai kegiatan sosial. Hmm… menilik latar belakangnya sepertinya beliau memang sudah banyak mencicip asam garam kehidupan. Tak heran kalau beliau bisa menulis tentang kebahagiaan, seperti yang dikatan oleh Maya Rumantir.
Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, lewat event ini aku bisa merasakan bagaimana AB Susanto ini disayang oleh kerabat dan keluarganya. Tahu darimana, Dian? Jangan sok tahu deh. Aura kebahagiaan dari tamu-tamu undangan yang datang itu terasa loh. Mereka menyapa dan bergantian untuk berfoto bersama. Belum lagi beberapa diantara mereka bergantian mengisi acara membacakan puisi.
kerabat yang ikut merayakan kebahagiaan (ssst...ada Tina Toon juga loh)
Bekerjasama dengan Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Namanya juga acara launching buku, selain berkenalan dengan sosok penulisnya tentu saja kita harus berkenalan dengan penerbitnya. Tanpa penerbit sebuah karya tulis tidak akan menjadi sebuah buku. Bukan begitu, kawan? Lagipula, sebagai seorang yang punya mimpi suatu saat nanti ingin menulis buku, aku kan harus banyak-banyak berkenalan dengan penerbit.
Dua buku yang ditulis oleh AB Susanto ini diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer (BIP). BIP yang berdiri pada 22 Sepetember 1992 ini berada di bawah naungan Kompas Gramedia. BIP lebih memfokuskan diri pada penerbitan buku anak. Namun meski begitu, buku-buku nonfiksi yang bertema kesehatan, bisnis,kepemimpinan, motivasi, self-help, dan buku penunjang sekolah anak juga diterbitkan oleh BIP. Selain itu, BIP juga memiliki imprint yang menerbitkan buku dengan kategori khusus, yaitu Bhuana Sastra untuk novel, Genta untuk buku Kristen, dan Qibla untuk buku Islam.
“Kenali penerbit yang tempat kita ingin menerbitkan naskah,” begitu pesan salah seorang mentor menulisku beberapa bulan lalu. Karenanya penting mengenal penerbit, jangan sampai sebenarnya naskah kita bagus tapi karena genre yang tidak sesuai dengan penerbit berakhir dengan penolakan.
Pulang dan Merenung
Acara launching buku ini boleh jadi sudah selesai. Dalam perjalanan pulang di dalam Trans Jakarta yang dingin isi pikiranku tak berhenti merenung. Terus terang menghadiri acara ini membuat pertanyaan-pertanyaan lama seputar diriku kembali muncul.
Apakah aku sudah bahagia? Apakah suatu saat nanti jika aku berhasil meraih prestasi akan ada kerabat dan keluarga untuk merayakan bersama? Dan yang tidak kalah penting, sudahkah aku menulis karena aku peduli dan ingin berbagi?
baca juga: Menyeimbangkan Diri Melalui Tulisan
Aku masih belum bisa menjawab semua pertanyaan itu. Tapi aku berharap, bahwa aku terus melangkah menuju kebaikan, menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Yang peduli pada lingkungan dan sesama. Yang senang berbagi. Doakan aku agar terus berada di jalan yang lebih baik ya, kawan. aamiin.
Kalau kalian bagaimana? Apa arti bahagia menurut kalian? Sudahkah kaian merasa bahagia?
15 Comments
Add Yours →Bukunya mesti masuk dalam TBR list nih mbak.. Biar bisa lebih mengerti makna bahagia.. ^^
Noted Mbak.. noted.. harus punya ini… bahagia itu relatif juga ya Mbak. kadang kita merasa belum, tapi di mata orang lain kita sudah. Mungkin memang harus lebih bisa bersyukur baru bisa benar benar menikmati arti kebahagiaan itu. ^.^
Bahagia menurut saya kalau orang yang saya sayangi bahagia, Mbak..
Seperti lihat anak-anak senang aja saya sudah senang juga
Sampai kadang lupa dengan kadar untuk bahagia diri sendiri hihihi
Saya sepertinya lebih cocok jadi manusia sedih mbak, karena saat saya sedih, inspirasi menulis saya datang dan mengalir begitu saja. Tetapi, mana ada orang yang ingin sedih lama-lama. Jadi, jangan lupa bahagia! 🙂
Aaahh..bukunya Bagus ya sepertinya, pengen beli ah kalo ke Toko buku..
Definisi bahagia sangat luas ya mbak Dian, saat menulis ini saya bahagia hihihi
Baca ini jadi ingat kalau udah hampir sebulan gak ada ke Gramedia. Huhuhu. Soalnya udah numpuk beberapa buku yang kebeli, tapi belum sempat kebaca. Jadi merasa bersalah kalau ke toko buku lagi 😀
Bahagia itu bisa dirasakan tapi gak bisa digambarkan, hehehe. Harus punya banget niy bukunya
Iya ya..gimana kita bisa nulis tentang kebahagiaan kalau ternyata kita sendiri nggak bahagia
Bahagia itu mesti dari diri sendiri ya mbak…
Mesti masuk wishlish buku yang harus dibeli nih… ^^
Bahagia yaa… sejauh ini sih setelah bertemu dan ditemukan oleh sang jodoh saya sudah merasa cukup bahagia dengan hidup saya yang sekarang, entahlah ke depannya yang jelas versi bahagia menurut saya adalah yang dirasakan oleh hati kita sendiri.
Kapan ya aku bisa jadi bagian dari penulis yang dimaksud dalam quote Mbak Maya Rumantir? 😀
Mungkin kuncinya syukur kali ya? Dengan terus bersyukur, nrimo, kebahagiaan itu akan ada sendiri.
Jadi penasaran sama bukunya. Ntr deh kalau mai ke Gramedia. TFS ulasannya mbk Dian 😀
wainiii, buku bagusss dan kayanya cocok nih buat aku yang masih suka galau dan bingung soal definisi bahagia. muehehe.
sudahkah aku menulis karena bahagia dan untuk berbagi. Well noted, Mbak. Butuh nih bacaan untuk pengembangan diri seperti ini.
Saya penasaran sama bukunya, bakal jadi ‘next to buy’ saya deh ini.
‘Jangan lupa bahagia’ itu bahkan seperti mantra bagi saya.
Wah, harus meluruskan lg niat nulis nih, hrs bahagia dan dg niat berbagi. Tfs mbaa, jd tau ada buku sebagus itu