Bismillahirohmanirohim,
Hari Kesiapsiagaan Bencana. Apa kalian sudah pernah mendengar soal Hari Kesiapsiagaan Bencana? Belum. Tak mengapa. Karena memang Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh pada 26 April baru mulai dicanangkan pada tahun 2018 ini.
Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menjadi latar belakang pemilihan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana ini. Undang-undang yang merupakan perangkat hukum pertama yang mengubah paradigma penganggulangan bencana dari responsif ke preventif ini disahkan tepat 11 tahun yang lalu.
Menggunakan tagline: Siap untuk selamat! Hari Keselamatan Bencana 2018 ini memiliki tema “Siaga bencana dimulai dari diri kita, keluarga, dan komunitas.” So, apakah kalian sudah siap untuk selamat?
sudah kenal dengan rambu-rambu ini?
Siap untuk Selamat di Hari Kesiapsiagaan Bencana
Langit Jakarta masih terasa gelap. Sinar matahari masih bersembunyi malu-malu. Selain karena cuaca yang mendung, hari memang masih cukup pagi. 06.40 aku sudah turun dari kendaraan umum kesayanganku, siap memasuki gedung BNPB. Bergabung dengan beberapa teman dari Blogger Mungil, siap menyambut rangkaian acara Hari Kesiapsiagaan Bencana.
Pulau-pulau di Indonesia secara geografis terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik dunia, lempeng Australasia, lempeng Euasia, serta Filipina. Ini sebabnya secara geologis Indonesia termasuk wilayah yang rentan bencana alam. Ditambah dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indoensia yang berjumlah kurang lebih 5.590, menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang beresiko tinggi terhadap ancaman bencana gempa, tsunami, erupsi gunung berapi, serta gerakan tanah.
Terjadinya bencana kadang tak bisa kita hindari. Tapi bukan berarti kita harus pasrah begitu saja. Kesiapsiagaan menghadapi bencana penting untuk dilakukan. Karenanya, di dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana, kamis 26 April lalu, di kantor BNPB yang belokasi di Jakarta, dilakukan simulasi gempa.
Tujuanya adalah untuk mengajak semua pihak meluangkan waktu satu hari untuk melakukan latihan kesiapsiagaan bencana secara serentak. BNPB mengajak semua pihak baik intansi pemerintah, swasta, NGO, sekolah dan kampus, komunitas, dan serta individu untuk ikut berpartisipasi dalam simulasi kesiapsiagaan bencana tersebut.
Jangan Panik, Ini Hal-Hal yang Harus Kita Lakukan Saat Terjadi Gempa
Beberapa waktu lalu, di media sosialku ramai membicarakan gempa yang terasa sampai ibukota. Beberapa teman yang kebetulan berada di pusat kota dan lantai yang cukup tinggi menceritakan kepanikannya saat gempa terjadi Hari itu aku tidak merasakan gempa. Kebetulan di rumahku, guncangannya tidak terasa.
Tapi beberapa tahun yang lalu, aku pernah merasakan gempa juga. Saat itu kalau tidak salah sumber gempa terjadi di daerah Tasikmalaya. Getarannya terasa sampai ke ibukota. Aku tengah berada di kantor di wilayah Jakarta Pusat. Apa yang aku lakukan? Panik berusaha langsung berlari ke luar ruangan ketika merasakan gempa.
Ketika kamis kemarin aku berada di gedung BNPB ikut simulasi gempa, aku menyadari banyak ada hal-hal yang salah yang aku lakukan dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana. Aku kebetulan ditempatkan di lantai 14, untuk melihat bagaimana evakuasi saat gempa terjadi di sebuah perkantoran.
Simulasi gempa di gedung BNPB ini menarik loh. Tiap lantai berbeda kondisi. Seperti di lantai 2 ada bagian day care, bagaimana menyiapkan anak-anak dalam menghadapi gempa, di lantai 3 simulasi gempa untuk tuna wicara, di lantai 5 dan 10 ada kebakaran yang biasanya terjadi setelah gempa.
Jam 10 pagi sirene tanda terjadinya gempa berbunyi. Suasana di lantai 14 tempat aku berada mendadak diliputi kepanikan. Inilah yang harus diperhatikan saat terjadi gempa:
1. Jangan panik
Pikiran yang tenang menjadi kunci keselamatan kita. Tapi bagaimana mungkin kita enggak panik saat dilanda bencana. Nyatanya, bisa kok. Tarik napas dalam-dalam, tutup mata sekian detik, dan keluarkan napas secara perlahan.
Ketika aku mengalami gempa beberapa tahun lalu, aku panik dan langsung berusaha kabur ke luar ruangan tanpa menguncinya. Tapi aku balik lagi, aku teringat meninggalkan laptop dan uang begitu saja di atas mejaku. Aku berusaha untuk mengunci ruangan. Tapi efek panik dan gempa, aku malah enggak bisa-bisa memasukkan anak kunci ke lubangnya.
Rekan kerjaku sampai menyusul aku kembali. Mengingatkan aku untuk jangan panik. Akhirnya aku menarik napas dalam-dalam guna membuat diriku tenang. Aku berhasil mengunci pintu.
2. Berlindung di bawah meja
Ini juga yang lupa aku lakukan. Saat gempa masih terasa aku malah keluar ruangan. Padahal seharusnya kita berlindung di bawah meja sampai gempa berhenti.
Tujuan dari berlindung di bawah meja ini adalah untuk melindungi dari benda-benda yang berjatuhan. Jangan lupa untuk melindungi kepala kita.
3. Hindari dinding kaca
Ruangan di perkatoran umumnya sering disekat dengan dinding kaca. Ketika terjadi gempa, kita harus waspada akan adanya kemungkinan kaca ini retak. Sebisa mungkin hindari sejauhnya dari dinding kaca saat gempa terjadi.
4. Turun lewat tangga darurat
Hindari pemakaian lift ketika terjadi bencana. Pastikan terlebih dahulu gempa sudah berhenti sebelum turun lewat tangga darurat. Tetap lindungi kepala kita saat turun.
Floor Manager harus memastikan terlebih dahulu kalau sudah tidak ada siapa pun lagi di lantai tersebut sebelum turun ke bawah.
5. Kumpul di titik aman
Tiba di luar, segeralah berkumpul di titik aman. Penting untuk berkumpul dengan rekan-rekan kerja satu lantai. Ini untuk memudahkan proses absensi.
Nah itu dia 5 hal yang harus kita lakukan bila terjadi gempa. Yang perlu diingat juga, jangan mudah terbawa oleh info-info hoax sehingga menimbulkan kepanikan enggak berguna.
Aku yakin tidak sedikit dari kita yang sering menerima informasi soal akan terjadinya sebuah bencana. Aku sendiri entah sudah beberapa kali mendapatkan informasi seperti itu. Yang harus kita lakukan adalah, pastikan dulu keberan beritanya. Bisa cek di google atau tanyakan pada BMKG. Jangan langsung disebarluaskan lagi.
Singkirkan Dulu Gadgetmu Sejenak
Biasanya usai terjadi gempa akan diikuti bencana lainnya seperti kebakaran. Begitu juga yang terjadi di BNPB saat Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2018 lalu. Ada dua titik api di lantai 5 dan 10. Pemdam kebarakan tiba, dan melalukan evakuasi dengan tehnik raffling dan flying fox. Proses yang dilakukan tergantung bagaimana kondisi korban.
Penting untuk diingat, singkirkan dulu gadgetmu sejenak. Lihat sekelilingmu apa yang bisa kita bantu. Aku sendiri kemarin karena bertugas meliput mau tak mau tak bisa lepas dari gadget. Hasilnya? Handphone pinkku kena mandi dari pemadam kebarakaran.
Tak bisa dipungkiri gadget dan media sosial juga memiliki peranan penting dalam proses penyelamatan. Aku ingat ketika terjadi longsor di Pacitan beberapa bulan lalu. Di media sosial korban yang terjebak dan membutuhkan bantuan masih sempat memberikan informasi keberadaannya lewat akun media sosial.
End to end dalam penanggulangan bencana adalah dari manusia ke manusia. Apapun upaya kita semua harus bermuara pada manusia, yaitu keselamatan dan kesejahteraan manusia dari ancaman bencana.
Pengetahuan untuk menyelamatkan diri saat bencana sangat penting untuk diketahui anggota keluarga tetdekat ya dan Saat bencana datang jangan panik , hal tersebut dapat meminimalisir korban harta,benda dan nyawa.
Point singkirkan gadget, setuju banget…