Tebing Keraton is One of My Wishlist

bismillahirrahmanirrahim,  

Ada kata “pulang” setiap kali aku menyebut kota Bandung, kota kelahiran aku. Pulang ke Bandung, demikian selalu aku mempertegasnya. Jangan tanya dalam satu tahun berapa kali aku ke Bandung, meski sebenarnya belum tentu tiap bulan pulang kampung, tapi tak jarang juga dalam satu bulan beberapa kali aku pulang.

Pokoknya setiap rasa rindu pada Mamih, panggilan aku untuk nenekku, datang, ditambah kebutuhan akan piknik biar bebas galau datang, aku pasti akan langsung memutuskan untuk pulang ke Bandung dengan memilih rute dan harga travel MRTrans.

Ketika teman-temanku selalu mengatakan naik kereta ke Bandung itu enak, buat aku jauh lebih mudah dengan naik travel. Dengan lokasi rumah aku yang tak jauh dari pintu tol Pondok Gede, masa iya aku harus ke Jakarta Pusat dulu untuk naik kereta.

Eh tapi, meski aku bisa dibilang sering pulang ke Bandung, tetap saja sampai sekarang ada beberapa tempat wisata yang belum kesampaian ingin aku kunjungi. Ada banyak malah sebenarnya, mengingat hampir selalu ada tempat wisata baru di Bandung. Biasanya aku tuh suka cari info tempat wisata di bandung yang sedang kekinian apa saja sebelum pulang ke Bandung. Iya, melepas rindu kan harus diimbangi dengan main demi mengisi konten, bukan begitu?

Dan beberapa tahun terakhir ini mencoba menyelesaikan wishlist aku, sampai sekarang masih tersisa satu tempat yang ingin sekali aku kunjungi tapi belum kesampaian: Tebing Keraton.

Menikmati Hamparan Hutan dari Tebing Keraton is on My Wishlist

Tebing yang masih termasuk dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir Djuanda ini sebenarnya sudah mulai hits dari beberapa tahun yang lalu. Berbeda dengan Bukit Moko yang menawarkan pemandangan lampu kota dari ketinggian tertentu, Tebing Keraton menawarkan pemandangan hutan dari 1.200 dpl.

Sebelum dikenal dengan nama Tebing Keraton, tebing ini lebih dulu punya nama “Bukit Jontor”. Ada kisah enggak enak dan berbau mistis dibalik pergantian nama ini sebenarnya. Katanya sempat ada yang kesurupan di Bukit Jontor ini, dan saat kesurupan orang-orang itu mengaku kalau bukit itu merupakan daerah Keraton milik mahluk halus yang berada di kawasan Dago. Mereka pun meminta nama daerah itu diubah. Spooky isn’t it? Tapi ini bukan alasan kenapa sampai sekarang aku masih belum pernah ke Tebing Keraton.

Sebenarnya kalau sudah pernah ke Tahura enggak sulit untuk menemukan jalan menuju Tebing Keraton. Tak jauh dari gerbang Tahura, belok kanan ke arah rumah-rumah besar dan perkampungan. Ikuti saja jalan itu sampai menemukan sebuah warung degan papan bertuliskan “Warung Bandrek”. Sudah sampai? Tentu belum, Esmeralda. Dari situ masih harus melewati jalanan yang katanya super menanjak untuk tiba di Tebing Keraton. Tak heran, bagi yang membawa kendaraan roda empat, sering kali memarkirkan kendaraannya di sekitar Warung Bandrek ini, kemudian melanjutkan perjalanan dengan ojek seharga Rp 50.000.

Tapi itu dulu, saat baru-baru Tebing Keraton terkenal akibat foto-foto cantiknya yang banyak beredar di media sosial. Sekarang akses jalan sudah lebih baik. Setelah Warung Bandrek masih ada tempat parkir kendaraan. Sehingga kita hanya perlu melanjutkan dengan berjalan kaki beberapa menit menuju Tebing Keraton.

Hamparan hutan hijau menjadi pemandangan yang disajikan jika kita berkunjung ke Tebing Keraton. Dengan harga tiket sebesar Rp 11.000 kita sudah bisa menikmati keindahan alam. Katanya waktu terbaik untuk berkunjung ke Tebing Keraton adalah pagi hari sambil menyapa sang surya terbit, atau sore hari kala Matahari berpamitan. Hmmm kira-kira kalian lebih suka yang mana nih? Sunrise atau sunset?

Dengan segala keindahan yang ditawarkan oleh Tebing Keraton, aku sudah pasti dibuat mupeng beberapa tahun terakhir ini. Apalagi selain aku juga masih mengincar menikmati kopi di Kopi Armor yang tidak terlalu jauh dari Tebing Keraton. Lah terus masalahnya apa yang membuat aku sampai sekarang belum jadi main ke Tebing Keraton.

Penyebabnya adalah…. Belum ada yang mau menemani aku ke tempat ini. Gimana, kalian ada enggak yang mau menemani aku mewujudkan salah satu wishlistku ini? Aku tunggu ya ajakannya.

About The Author


dianravi

Dian Safitri, travel and lifestyle blogger muslimah yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. Pecinta kopi dan makanan. IVF Surviver.

Leave a Comment