Better to see something once, than to hear about it a thousand times.
-Asian Proverb
Taman Sari. Setiap kali tahu akan ke Jogja, aku selalu memasukan Taman Sari ke dalam daftar tempat tujuan. Tapi selalu gagal, entah ga keburu, atau malah akhir tahun kemarin udah sampai pelatarannya tapi berakhir bingung yang mana pintu masuknya (makanya nanya dong!). Jadi kemarin ini untuk pertama kalinya aku sampai ke Taman Sari. Hore!!!
Kenapa pengen banget ke Taman Sari? Jawabannya sangat sederhana. Karena cantik. Taman Sari ini kerap kali muncul jadi tempat shooting video klip dari jaman dulu. Dan dengan hadirnya Instagram, jari ini semakin sering banget liat-liat postingan orang di Taman Sari. (Iya, aku mah da orangnya gitu, ga tahan sama tempat cantik :p )
Jadi hari pertama tiba di Jogja, setelah sarapan kami langsung cuss ke Taman Sari. Mumpung muka masih agak seger buat foto-foto. Sampai di pelataran parkir, ternyata kami datang paling awal. Pagernya masih ditutup tanda belum buka ahahahahahahaha Seorang guide menghampiri aku, dia menjelaskan kalau ga lama lagi juga buka kok. Dia sempat menawarkan soal mengunjungi area masjid terlebih dahulu. Tapi dasar aku blom begitu connect, ga ngeh sama maksudnya. Apalagi tadinya kami berpikir ga usahlah pake guide, toh kami cuma mau foto-foto.
Benar, ga lama pagar di buka. Aku menghampiri loket tiket. Rp 5.000 harga yang dikenakan untuk per orang, turis domestik. Memasuki area Taman Sari, bapak guide ini terus mengikuti kami sambil menjelaskan sejarah Taman Sari.
Taman Sari ini dulunya adalah tempat pemandian kerajaan. Sering juga disebut sebagai Water Castle atau Istana Air. Begitu kita masuk akan disambut oleh 2 kolam. Yang satu untuk putra putri raja, dan satunya lagi untuk para selir raja. Sayangnya ketika kami datang, kolam lagi dikosongin. Padahal pasti cantik banget kalau ada airnya. Lagi kosong gini aja udah keliatan kecantikannya.
Taman Sari ini adalah peninggalan dari Sultan Hamengku Buwono I, sekitar abad ke 17. Yang bikin tambah menarik arsitektur bangunan ini perpaduan Jawa dan Portugis. Dulunya sekitar Taman Sari ini adalah danau buatan. Sehingga untuk mencapainya harus menggunakan perahu.
Taman Sari ini terbagi menjadi beberapa bagian. Jadi seperti komplek luas. Kalau dulu pakai perahu, sekarang jalan kaki. Siapkan aja sepasang kaki untuk berjalan dan naik turun tangga. Siapkan juga penutup kepala untuk menghindari kepanasan.
Kami sempat melewati Kampoeng Cyber. Apa itu? Hihihi aku pun belum terlalu tahu apa itu Kampoeng Cyber. So far, yang aku tahu Kampung Cyber ini merupakan sebuah RT yang terintegrasi full dengan jaringan internet. Lokasinya berada di dalam perkampungan Taman Sari. Kami pun berhenti sejenak sekedar untuk berfoto. Masa Mark Zuckerberg aja punya foto disini kita engga ya :p
Bagian lain dari Komplek Taman Sari yang kami kumjungi adalah Sumur Gumuling. Rupanya tempat ini yang disebut sebagai masjid. Meskipun tempat shalat, bentuk tempat ini ga menyerupai masjid pada umumnya. Bentuknya bulat seperti sumur. Ada 4 tangga yang bertemu di tengah dan 1 tangga menuju puncaknya. 5 tangga ini melambangkan rukun Islam. Tempat ini juga yang paling sering dijadikan tempat foto pre-wedding, video klip, atau foto-foto cantik.
Untuk menuju Sumur Gumiling ini kita akan memasuki lorong bawah tanah. Meski pun bawah tanah tapi ternyata terasa terang loh. Hal ini karena adanya ventilasi yang sangat baik. Konon meski diluar adalah danau, air pun ga akan masuk. Karena ketinggian air berada di bawah jendela.
Adanya air di sekeliling Masjid Sumur Gu muling ini menunjukkan arsitek masjid ini meng acu pada Alquran surah an-Nisa (4) ayat 13 dan surah al-Fath (48) ayat 17. Dalam kedua ayat tersebut diterangkan bahwa di bawah surga mengalir sungai-sungai. Sedangkan, letak Sumur Gumuling berada di tengah kolam segaran. Letak Sumur Gumuling yang dikelilingi air membuat udara di dalamnya sejuk sehingga sangat nyaman dan bisa digunakan untuk melaksanakan ibadah lima waktu dengan khusyuk.
And here is our modeling season:
Bagian lain yang ga kami kunjungi, tapi rupanya aku justru bagian yang aku kunjungi akhir tahun kemarin, adalah Gedhog Kenongo (cmiiw ya). Sebenarnya justru ini merupakan pintu masuk pada jaman dulunya. Kalau sekarang malah terkesan jadi pintu belakang.
Yang tadinya males pakai guide ternyata guide malah sangat diperlukan, khususnya bagi yang pertama kali ke Taman Sari. Bukan sebatas untuk menceritakan kisahnya, tapi juga karena komplek yang cukup luas dan minim petunjuk, diperlukan guide untuk memandu agar tidak tersesat. Dari yang aku baca di blog-blog tetangga, tips untuk guide ini berkisar Rp 25.00-35.000, meski mereka biasanya mengatakan seikhlasnya.
Sekarang, aku udah ke Taman Sari. Puas banget, alhamdulillah. Tapi seandainya ada kesempatan untuk kesini lagi sama Mas Met, aku masih PENGEN banget!!!! Ngapain? Foto-foto cantik lagi berdua suami dan dipotoin sama dia (isshhh aku mah orangnya banci poto banget ya). Dia juga pasti senang kok kalau bisa moto Taman Sari (iya Taman Sari, bukan akunya).
Nah kalau kalian mau juga main ke Taman Sari, tapi ke Jogja-nya naik pesawat kaya aku, enggak usah khawatir lagi mikirin kendaraan. Aku bocorin tipsnya: Kunjungi situ Omocars, perusahaan sewa mobil Jogja. Nantinya mobil yang kita sewa tinggal diantarkan ke bandara.
Biar enggak nyasar, ini dia peta menuju Taman Sari:
Taman Sari
Jl. Taman, Kraton, Yogyakarta
Jam buka: 09.00 – 14.30 wib
Salam foto-foto,
pilihan bajunya maching bener sama lokasinya,….. risetnya panjang ya 😀
Hehehe baju ga sengaja sebenernya, cuma emang sengaja bikin tema abu. Tapi kayanya warna apa pun masuk sama taman sari sih 😀
Taman sari ini memang cakep, cuma kemarin sayangnya kesana dapet guide yang kurang mengenakkan. Bukannya dibawa keliling bagian dalam taman sari, eh malah diajakin keliling ke toko-toko disekitarnya. Mending kalau kesini nggak usah pake guide deh~
Aku malah belum tau loh mba dan belum pernah ke taman sari. Kayanya harus jadi wishlish juga nih kalau ke jogja lagi. Tapi entah kapan juga haha
keliatannya bagus masuk masukin aja dulu ke daftar berangkatnya kapan kapan wkwkwkw.