bismillahirrahmanirrahim,
Lasem. Kota kecil yang berada di jalur pantura ini terus-memerus membuat aku rindu. Tak bisa dipungkiri lagi, kota yang memiliki julukan Tiongkok Kecil di Pulau Jawa ini membuat aku jatuh cinta sejak kunjungan kali pertama di 2014 lalu.
Wait, 2014? Tak heran bila aku begitu rindu pada suasana tua yang ditawarkan kota ini. Sudah terlalu lama rupanya aku tidak berkujung kembali ke kota yang masih berada di provinsi Jawa Tengah ini.
Sebenarnya setelah kunjungan pertama itu aku sempat mampir ke kota Lasem dalam perjalan pulang ke Bondowoso. Tapi ya, itu hanya mampir. Tak lebih dari dua jam, sekedar untuk membeli batik. Tak cukup untuk melepas rindu.
Rasa rindu akan Lasem semakin kuat. Sepertinya sudah saatnya aku kembali ke kota ini. Saatnya aku mengintip tempat jual tiket kereta kai resmi untuk melepas rinduku.
Memangnya ada apa saja sih di Lasem sampai membuat aku kesengsem dan ingin kembali lagi? Mau tahu atau mau tahu banget? Meski Lasem bukan kota besar, tapi paling tidak ada 6 tempat yang ingin aku kunjungi saat berkunjung ke Lasem.
1. Omah Lawang Ombo
Lawang Ombo ini juga memiliki sebutan sebagai Rumah Candu. Lawang Ombo yang berarti “Pintu Lebar” sengaja dibangun pada tahun 1860-an oleh Liem King Siok, pedagang yang berasal dari Tiongkok. Ia menjadikan Lawang Ombo sebagai gudang opium yang menjadi barang dagangannya. Pada saat itu opium memang menjadi komoditas yang menjanjikan.
2. Kelenteng Cu An Kiong
Kelenteng Cu An Kiong merupakan kelenteng tertua di Kota Lasem dan bahkan konon merupakan kelenteng tertua di Pulau Jawa. Kelenteng ini diperkirakan dibangun sekitar abad ke-16 oleh orang-orang Cina yang berlabuh di Lasem. Material bangunan tidak menggunakan kayu pada kapal yang umumnya digunakan untuk membangun kelenteng pada masa itu, melainkan menggunakan kayu jati yang kala itu banyak tumbuh di Lasem.
3. Kelenteng Gie Yong Bio
Berbeda dengan Kelenteng Cu An Kiong yang merupakan keleteng tertua, Kelenteng Gie Yong Bio dibangun untuk menghormati dan mengenang jasa Raden Panji Margono, seorang tokoh masyarakat muslim Lasem pada masa perjuangan melawan penjajahan.
Menarik? Sudah pasti. Salah satu kelebihan Lasem di mata aku adalah nilai solidaritas mereka. Rasanya hampir tidak ada perbedaan antara satu Jawa dan keturunan Tionghoa di kota ini, dan kelenteng ini salah satu buktinya.
3. Rumah Tegel
Rumah yang berarsitektur Indis ini dulunya milik Lie Thiam Kwie, seorang Kapitan Lasem yang merupakan pengusaha tegel. Di halaman belakang terdapat pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1910. Di sisi selasar belakang rumah masih terdapat beberapa contoh tegel yang diproduksi oleh Rumah Tegel serta furnitur – furnitur antik yang mempercantik ruangan. Buat pecinta rumah tua seperti aku, Rumah Tegel salah satu yang membuat aku rindu akan Lasem.
4. Batik Lasem
Salah satu karakteristik yang menonjol dari batik Lasem adalah karena batik Lasem merupakan hasil akulturasi budaya Tiongkok di pesisir pulau Jawa. Batik Lasem terkenal akan warna merahnya yang menyamai warna merah darah dan hanya bisa ditemukan pada pembatikan di Lasem. Warna merah khas Lasem (abang getih pithik) dihasilkan dari pewarna alam yang berasal dari akar pohon mengkudu (pace).
Meskipun aku sudah memiliki beberapa batik Lasem, tapi rasanya tak pernah bosan untuk membelinya lagi di tempat asalnya. Because for me one batik is not enough. Apalagi aku masih belum memiliki batik dengan motif kricak, laseman, dan gunung ringgit.
5. Rumah-Rumah Indis
Ini yang paling aku kangenin dari Lasem dan hanya ada di Lasem. Deretan rumah tua bergaya indis. Menyusuri jalanan dan melihatnya dari luar saja buat aku sudah bikin happy. Apalagi ketika mendapat kesempatan untuk bisa masuk ke salah satu rumah tersebut. Biasanya untuk bisa berkunjung, kita harus mengikuti tur Lasem yang sekarang sudah semakin marak.
6. Rumah Merah Lasem
Rumah Merah Lasem merupakan salah satu bangunan termegah di Lasem, yang dimiliki oleh pengusaha toko elektronik terkenal di Rembang. Rumah Merah Lasem dengan mudah dapat ditemukan di daerah Karangturi, bertembok tinggi dengan cat warna merah menyala, dan sebuah logo bertuliskan Tiongkok Kecil Heritage.
Saat terakhir kali aku Lasem, Rumah Merah Lasem belum dibuka untuk umum seperti sekarang ini. Kini ia adalah penginapan serta semacam museum kecil. Sudah pasti saat nanti aku ke Lasem aku wajib berkunjung ke Rumah Merah ini.
Itu dia 6 tempat wisata di Lasem yang bikin aku ingin kembali lagi ke Lasem. Sekarang kok rasanya aku jadi semakin tak sabar untuk bisa ke sana secepatnya. Cari tiket kereta api ke Semarang dulu deh, biar secepatnya aku bisa melepas rindu pada Lasem. Ada yang mau ikut?