Bismillahirohmanirohim,
Badanku ikut terombang-ambing oleh ombak yang menggoyangkan badan kapal. Aku berjalan sempoyongan. Keluar dari satu kapal, menuju kapal lagi sebelum akhirnya aku tiba di dermaga. Dermaga ini hanya memuat satu kapal untuk berlabuh. KMC Kartini yang aku tumpangi harus berlabuh di sebelah KMC Express Bahari yang tiba lebih dulu. Itu sebabnya aku harus melewati KMC Express Bahari terlebih dahulu sebelum akhirnya kaki ini menjejakkan kaki di pulau Karimunjawa.
Perasaanku campur-campur. Ada rasa lega karena akhirnya perjalanan 4 jam di atas lautan itu berakhir sudah. Baru pertama kali aku merasakan yang namanya mabuk laut. Selama ini aku pikir aku tak akan pernah mabuk laut. Aku juga merasa senang, karena akhirnya akan menjelajah Karimunjawa.
Karimunjawa, The Paradise of Java
Pulau yang termasuk dalam wilayah kabupaten Jepara ini sudah lama masuk ke dalam wish list aku. Siapa yang sangka berkat tulisan 6 Cara Untuk Menikmati Pesona Candi Borobudur akhirnya aku bisa mengunjungi pulau yang dijuluki The Paradise of Java.
Liburan 3 hari 2 malam ini rasanya sangat istimewa. Ya bagaimana tidak, kalau biasanya aku pergi berlibur sendiri dan harus menguras saldo rekening, kali ini karena hadiah lomba, maka aku pergi bersama rombongan kecil dari Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah serta beberapa wartawan.
Tak butuh waktu lama dari pelabuhan untuk tiba di penginapan kami, Homestay Sadewo. Ketika kami tiba, hidangan makan siang telah menyambut kami. Tapi bukan itu saja yang membuat kami bahagia, tapi tulisan FREE WIFI yang menempel pada dinding sukses membuat kami sumringah. Bukan apa-apa, hanya jaringan si merah yang kuat di pulau ini. Dan kebetulan kedua sim card yang aku gunakan bukanlah si merah.
Perut kenyang, update status sudah, saatnya beristirahat sejenak sebelum memulai eksplorasi pesona Karimunjawa untuk 2 hari ke depan. Jadi kemana saja aku saat di Karimunjawa? Silakan lanjut membaca tulisan ini sampai akhir.
Tracking di Hutan Manggrove
Selain wisata laut, diam-diam Karimunjawa juga memiliki hutan manggrove yang menarik untuk dijelajahi. Hutan manggrove ini sebenarnya terletak bukan di Pulau Karimunjawa-nya, melainkan di Pulau Kemojan. Kalau lihat berdasarkan peta, kedua pulau ini memang tak berjarak jauh, hanya terpisah oleh terusan. Itu sebabnya juga aku cukup mengakses jalan darat untuk mencapai hutan manggrove ini.
Sebenarnya menurut aku hutan manggrove mau dimana saja itu serupa. Sama-sama hutan bakau yang berfungsi untuk melindungi garis pantai dari abrasi. Tapi bukan berarti akan membosankan. Karena kenyataannya, aku menikmati sekali menyusuri papan kayu sepanjang 1,3 km sore itu.
Menikmati Sunset di Bukit Joko Tuwo
Joko Tuwo ada nama kerangka tulang belulang ikan yang terdapat di sebuah bukit. Kerangka ikan sepanjang 3 meter ini diyakini terdampar di Karimunjawa. Uniknya, tulang ini terdapat di bukit, bukan pantai. Salahkan aku kalau akhirnya aku jadi berandai-andai kalau pulau ini dulunya berada di dalam lautan dan kini muncul di permukaan?
Lupakan imajinasiku yang mulai liar. Naik lagi ke atas bukit maka kita akan bisa menikmati pemandangan Karimunjawa dari atas. Beruntung aku. Matahari akan segera terbenam ketika kami tiba. Cuaca pun cerah. Sehingga keindahan pulau Karimunjawa semakin terasa sempurna bersatu dengan detik-detik menghilangnya matahari dari belahan bumi tempat aku berada.
Seakan bonus sore itu tidak cukup, tempat ini juga instagramable. Rasanya cantik banget berfoto tema senset dengan latar belakang Pulau Karimunjawa, lengkap dengan batu bertulisankan Karimunjawa. Enggak harus ngantri untuk berpoto lagi. Ah, nikmat Allah memang tak ada habis-habisnya. Alhamdulillah.
Kuliner di Alun-Alun Karimunjawa
Sebenarnya agenda makan malam di alun-alun Karimunjawa itu baru di malam kedua. Malam pertama kami makan malam di penginapan. Tapi karena Mbak Apsari dan Mas Sholihin dari Nett TV mau liputan di alun-alun, sekalian saja aku ikut. Semenjak menikah dan mengenal alun-alun Bondowoso, aku mendadak jadi perhatian sekali sama yang namanya alun-alun. Rasanya rugi mengunjungi sebuah kota tanpa menikmati suasana alun-alunnya.
Apalagi untuk alun-alun Karimunjawa. Rugi besar bila tak berkunjung ke tempat ini. Karena di sini adalah surganya makanan laut. Aneka hasil laut berjejer cantik memanggil siapa pun yang tengah lewat untuk minta dibeli dan diolah menjadi aneka menu masakan. Beragam jenis ikan, cumi, udang, lobster, kepiting berjejer manis siap ditawar.
Selain pusat dari kuliner, alun-alun ini juga sebagai tempat membeli oleh-oleh. Oleh-oleh paling terkenal dari Karimunjawa adalah kerajinan yang terbuat dari kayu. Ada tiga jenis kayu yang terkenal dari tempat ini, yaitu Dewandaru, Stigi, dan Kalimasada. Biasanya kayu-kayu itu dibuat menjadi keris, batu kalung, cincin, pipa rokok, hingga tongkat. Sayangnya, aku justru tidak membeli kerajinan kayu ini. Aku memang jarang membeli oleh-oleh, biasanya aku lebih tertarik bila melihat kain Indonesia.
Berenang Bersama Hiu di Pulau Menjangan Besar
Wisata utama di Karimunjawa adalah hoping island. Di hari kedua ini agendanya adalah bermain air sepuasnya. Pulau Menjangan besar menjadi titik perhentian pertama kami sebelum snorkling. Katanya pulau inilah yang menjadi daya tarik utama di Karimunjawa. Yah, siapa sih yang enggak tergiur untuk mencoba berenang bersama hiu, predator paling ganas itu? Jujur, aku pun terbersit ingin mencoba. Tapi akhirnya aku lebih memilih untuk melihat-lihat saja.
Penangkaran hiu ini sudah ada sejak 30 tahun yang lalu. Awalnya sang pemilik Hiu Kencana ini membeli sepasang hiu di pasar karena kasihan melihat hiu-hiu tersebut dibunuh hanya untuk diambil siripnya. Dari sepasang hiu tersebut, kini sudah ada sekitar 65 hiu yang berkembang biak di penangkaran ini.
Did I met Nemo Family?
Titik pertama snorkling tak jauh dari Pulau Menjangan Besar. Aku super excited. Ini adalah pengalaman snorkling pertama aku. Tapi ternyata aku gagal. Aku tak bisa bernapas dengan benar saat menggunakan alat snorkling. Rasanya aku ingin sekali menyalahkan sinus yang kerap kali membuat aku bernapas dengan boros. Tapi ini bukan saatnya mencari dimana letak kesalahannya.Ini adalah saatnya menikmati suasana. Untung saja Pak Kapten menyiapkan kacamata renang biasa. Aku jadi tetap bisa menikmati keindahan bawah laut yang membuat aku tak behrhenti mengucap rasa syukur.
Pantai Tajung Gelam, Kuta-nya Karimunjawa
“Itu Kuta-nya kami,” begitu penjelasan Pak Kapten saat kapal yang aku tumpangi mengarah pada sebuah pantai. Pantai itu tak terlalu ramai, dari kejauhan aku bisa melihat beberapa turis asing yang tengah berjemur di bawah matahari. Mungkin itulah alasan kenapa pantai ini dianggap sebagai “KUTA”, pantai yang seringkali identik dengan tempat kesukaan turis mancanegara.
Siang itu kami berpiknik di pantai itu. Pantai yang memiliki pasir putih. Aku menggunakan kata piknik karena menu makan siang itu adalah ikan bakar yang dimasak oleh pak kapten. Sambil menunggu makanan siap, kami pun bersantai menikmati kelapa muda.
Pantai Tanjung Gelam ini terletak di pulau utama. Konon, tempat ini adalah tempat untuk menikmati sunset paling bagus di Karimunjawa. Tapi aku tak dapat membuktikannya. Karena aku justru menikmati senja di tempat lain.
Pulau Menjangan Kecil, The Private Island
Aku tidak mungkin berada di pulau ini untuk menikmati senja bila tidak bersama rombongan ini. Pulau Menjangan Kecil ini adalah pulau pribadi. Hanya tamu yang menginap di Menjangan Resort-lah yang bisa menikmati pulau ini. Lagi-lagi aku beruntung. Meski beberapa kali aku disapa dengan halus oleh pegawai di pulau ini, mengingatkan kalau ini adalah pulau pribadi.
Pak Kapten sengaja membawa kami untuk menikmati matahari terbenam. Setelah sebelumnya kami sempat kembali snorkling tak jauh dari pulau ini. Bukan cuma senja yang aku nikmati di pulau ini. Tapi juga ayunan instagramable. Kalian mengerti yang aku maksud? Bukan, bukan ayunan di atas tebing, melainkan ayunan di lautan yang semula sempat menjadi ciri khas dari sebuah penginapan di Lombok.
Bukit Love yang Instagramable
Tempat wisata terakhir yang aku kunjungi sebelum kembali ke Pulau Jawa adalah Bukit Love. Tempat kekinian, wisata selfi dengan latar belakang laut lepas. Cantik memang. Tapi… Entahlah. Aku merasa aneh saja mengingat semakin maraknya wisata untuk foto-foto seperti ini. Tapi bukan berarti aku tak memanfaatkan tempat ini untuk ikut berfoto dong. Toh, aku sudah diantarkan ke tempat ini di hari terakhir. Rugi kalau tidak berfoto. Lagipula ini akan sangat berguna untuk mencari follower instagram nantinya ahahaha….
Ada yang menarik di hari terakhir ini. Sejak sarapan kami semua sudah kasak-kasuk mengkhawatirkan hal yang sama. 4 Jam di kapal menuju Semarang! Kami memikirkan berbagai cara bagaimana agar tidak pusing seperti saat kami tiba. Sarapan, memastikan perut tersisi, tapi jangan berlebih. Bawa minuman soda, agar bisa sendawa.
Saat menjelang keberangkatan, aku sempat melihat seseorang yang hanya berdiri di dermaga. Dia menunggu kapal akan benar-benar berangkat sebelum akhirnya masuk ke dalam kapal. Bahkan dia sampai ditemani oleh awak kapal untuk masuk. So, we’re not the only people who’s feeling worried to be back at the ship.
4,5 jam adalah waktu yang ditempuh untuk menuju Semarang siang itu. Perjalangan yang lebih luar biasa dibanding sebelumnya. Ombak terasa lebih tinggi. Tapi kali ini aku merasa lebih tenang. 3 hari 2 malam di Karimunjawa tentu saja masih dirasa kurang. Aku masih ingin kembali lagi. Tapi tentu saja aku memilih lewat Jepara bila kembali lagi.
Perjalanan ini tak akan terjadi bila aku tak mengikuti lomba blog yang diselenggarakan oleh GenPi Jateng, oleh itu karena itu ijinkan aku untuk berterima kasih karena telah menjadikan tulisan aku sebagai juara. Juga kepada Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah, dalam hal ini Bapak IBK Alamsyah selaku Kabid Pemasaran, yang menjadi ketua rombongan kami. Serta Mbak Apsari dan Mas Sholihin dari Net TV serta Mas Siswo dari Suara Merdeka. Tanpa kalian, pasti jalan-jalan ini bakal kurang seru.
Mumpung liburan kemarin ada dari Net TV, aku boleh dong ya pamer liputan ini pada kalian:
Kalian sudah pernah ke Karimunjawa? Gimana cerita kaian? Yuk ceritakan di kolom komentar.
assalamu alaikum,
Waah…karimun jawa ini wistlist aku bangett mbaaaa…
Waaaaah asiknyaa masuk tivi jugaa hihii.
Kami belum pernah ke Karimun Jawa Mbak Dian, duh pantainya bagus banget yaa. Semoga kapan-kapan bisa kesanaaaa yeay!
Aku ingin bawa anakku ke sini. Di.kapal.duduk Aja atau ada kasur buat lesehan? Ya supaya ga bosan.
Aku belum terwujud nih ke Karimun Jawa, mba. Dari Kudus nggak begitu jauh tapi kalau ke Karimun Jawa harus ada waktu khusus ya mba. Pemandangan lautnya benar-benar indah sekali 🙂
Seruuuu banget mbak! Makasih listnyaa jadi pengen ke sana. Kemarin tertunda karena udah hamil dulu hihi. Nanti semoga bisa kesana sekeluarga lengkap!
Bikin mupeng kapan bisa ke sana ya,, foto2nya keren bnget,,, nuhunlah baca sudah berasa ada d sana
Aah… Saya blm pernah ke Karimun Jawa Mbak. Kena racun deh disini. Semoga ada kesempatan menginjakkan kaki di tempat indah ini ya. Amin
aku ke karjaw kalau gak salah tahun 2012 dulu masih sepi hehe.. sekarang tambah banyak wisatawan ya. yang paling aku kangenin adalah seafood di alun alunnya, uhh.. jadi pengen kesana lagi 🙁
Wah … Serasa jadi artis ya mbak, hehe. Etapi foto-fotonya keren-keren. Puas deh meski cuma bisa lihat di postingan ini ^^
Masyaallah indahnya adalah orang-orang yang beruntung diberi kesempatan olehNya bisa menikmati alam ciptaan Allah SWT yang luaaarbiasa
Saya kira Karimunjawa ada di Jakarta, ternyata di Jepara, keren banget tempatnya
Wah cuminya itu lho, kalo di masak bakar lalu di pedesin, pasti pedas sumringah hehehe