Connecting Happiness, Kirim-Kiriman Barang Aku dan Ibu, Jarak Boleh Terpisahkan, Tapi Berbagi Terus Bisa Dilakukan

bismillahirrahmanirrahim,

Hai, di awal bulan yang baru ini, aku ingin sedikit bermellow-mellow mengenang beberapa kenangan sama almarhuman ibu. Boleh ya? Bahkan rasanya aku belum sempat bercerita soal kepergian ibu yang begitu mendadak bulan Oktober lalu.

Mendadak banget. Dua kata itu selalu terbayang setiap kali aku teringat kalau ibu kini sudah tak ada. Bahkan orang-orang yang berkunjung ke rumah pun semua berkata seperti itu, masih sempat bertemu ibu beberapa hari sebelum kepergiaannya. Mungkin orang baik memang seperti itu ya, pergi dalam keadaan mendadak biar enggak perlu lama-lama merasakan sakit.

Di mata aku, ibu memang orang yang sangat baik. Orang yang begitu perhatian dan senang berbagi. Mungkin kebiasaan berbagi ini karena mencontoh dari almarhumah nenek. Di saat ada beberapa teman yang suka mengeluhkan tentang hubungannya dengan ibu mertua, aku justru merasa beryukur punya ibu mertua yang perhatian. Bahkan kondisi aku belum punya anak pun, enggak pernah jadi permasalahan di mata ibu. Belum pernah satu kali pun rasanya ibu bertanya: “Sudah isi belum, Di?”

Mungkin juga karena efek tinggal berjauhan dari ibu, bikin aku jadi menantu yang selalu dimanja. Setiap kali pulang ke Bondowoso, pagi dan sore hari, pasti ibu menyediakan kopi buatannya untuk aku. Ibu selalu memperhatikan apa aja yang aku suka.

Connecting Happiness Aku dan Ibu

Karena jarak Jakarta – Bondowoso yang cukup jauh, bikin aku jadi jarang bertemu dengan ibu. Tapi ini jadi membuat kebiasaan-kebiasaan unik tersendiri antar kami. Seperti kebiasaan jelang hari raya.

Aku tuh jarang merayakan lebaran di  Bondowoso. Biasanya aku dan suami shalat ied di kota kelahiran aku terlebih dahulu, Bandung,  sebelum bertolak  ke Jawa Timur. Alasannya sederhana, biar puas bisa lama di tempat ibu. Enggak perlu diburu-buru pulang karena harus silaturahmi dengan keluarga besar aku. Jadi, tuntaskan dulu silaturahmi dengan keluargaku, baru puas-puasin bersama keluarga suami.

Gara-gara biasanya aku baru tiba di Bondowoso H+3, akhirnya baju lebaran yang sudah aku beli untuk ayah ibu serta adik-adik selalu aku kirim lebih dahulu jauh hari. Biar mereka tetap bisa menggunakan baju lebaran di hari rayanya. Kebiasaan ini terus berlangsung dari awal aku menikah di 2004 lalu. Aku selalu mengandalkan pengiriman paket pakai JNE, karena sudah terpecerya aman sampai di rumah ibu.

Ketika pandemi berlangsung dua tahun terakhir ini, otomatis aku jadi enggak bisa pulang ke Bondowoso. Ini salah satu yang bikin aku sedih ketika ditinggal ibu kemarin, aku belum sempat bertemu ibu sejak 2 tahun terakhir. Tapi dari pada larut pada kesedihan, lebih baik aku mengenang ibu dengan senyuman.

Gara-gara pandemi, ada satu kebiasaan baru lagi. Kali ini bukan cuma aku yang mengirimkan baju lebaran untuk keluarga di Bondowoso. Tapi ibu juga mengirimkan kue-kue lebaran buatannya. Ibu tahu banget kalau aku tuh paling suka kue coklat dan kue keju buatannya. Makanya setiap bulan puasa ibu selalu membuatkan kue-kue itu untuk aku nikmati. Dan karena pandemi aku enggak bisa pulang, gantian, ibu yang kirim kue-kue itu ke Jakarta. Lagi-lagi JNE jadi penghubung kebahagiaan ibu dan aku, karena ibu juga selalu mengirim kue menggunakan ekspedisi JNE. Kalau kata ibu, “Soalnya sudah terbiasa, Di.”

Kebiasaan Baik JNE

Memang kalau sudah terbiasa pasti akan sulit untuk mengubahnya. Apalagi kalau itu adalah kebiasaan-kebiasaan baik. Buat apa untuk diubah, memang sudah seharusnya dipertahankan. Sama seperti kebiasaan JNE sejak tahun 2009, yang senantiasa berbagi hadiah bagi JNE Loyalty Card (JLC).

Apa temant-teman sudah tahu senelumnya kalau JNE memiliki JNE Loyalty Card (JLC)? Ini  merupakan program keanggotaan yang ditujukan kepada pelanggan setia JNE. Ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan dengan menjadi pemegang JLC, seperti kecepatan layanan, potongan harga pada saat periode promo, dan hadiah undian yang sangat menarik.

Conecting Happines terasa tepat jadi tagline JNE, bukan saja menghubungkan kebahagiaan aku sama ibu, tapi lewat JNE Loyalty Card (JLC), JNE juga terus membawa kebahagiaan bagi member-member setianya. Buktinya sejak 2014 lalu, JLC juga mengusung program lucky draw, dengan cara10 poin JLC dengan satu kupon undian lucky draw.

Hadiahnya enggak tanggung-tanggung, bikin mupeng,  seperti 1 unit Motor Yamaha All NMAX 155, 2 unit Ipad Air Gen 4, 2 unit Samsung Galaxy S20+, 5 unit Sepeda Lipat United Plasm Matic, 20 Voucher Belanja MAP @500 ribu dan 20 E-voucher Ongkir JNE @250 ribu.

Program lucky draw ini berlangsung dalam periode tertentu, yang terakhir adalah periode penukaran dari 10 November s/d 31 Desember 2021.  Setelah periode program lucky draw berakhir maka pada tanggal 31 Desember 2021 poin akan menjadi 0.

14 Januari 2022 kemarin, pengundian JLC Lucky Draw ini sudah dilakukan. Dan selamat buat Wahyu Abdillah, member JLC asal Medan yang beruntung mendapatkan 1 unit Motor Yamaha All NMAX 15.  Wahyu Abdillah merupaka pemilik usaha Minyak Karo (minyak tradisional) yang berbahan dasar jahe dan rempah-rempah ini. Beliau sudah mulai mempercayakan kirimannya dengan JNE sejak awal mulai merintis bisnisnya dan menjadi member JLC dari tahun 2018 lalu. 

Aku yakin, Wahyu Abdillah pasti senang sekali dengan hadiah motornya. Bukan cuma itu sih, aku juga yakin usahanya jadi terbantu sekali berkat JNE. Enggak jauh beda sama yang aku rasakan, kalau berkat jasa pengiriman yang lancar, selama ini aku jadi bisa terus merasa dekat dengan ibu. Bisa saling memberi meski jarak yang berjauhan.

Leave a Reply