Bismillahirohmanirohim,
Hi! Missed me? Duhhhh ge-er banget sih aku ini, sok dirindukan. Tapi aku sih kangen ngeblog. Kangen juga baca-baca komentar yang masuk, serta berkunjung ke blog teman-teman. Ini sudah tanggal 23 Oktober, harusnya postingan blog aku sudah ada 21 tulisan, tapi kenyataannya ternyata aku baru berhasil menulis sebanyak 17 tulisan. Gagal deh menargetkan diri untuk bisa menulis setiap harinya.
Empat hari kemarin aku memang berada di luar kota, eh luar pulau Jawa malah. Susah sinyal dengan agenda kegiatan yang cukup membuat fisik kewalahan ketika sudah sampai di dalam kamar. Berat-berat bawa laptop berakhir dengan percuma karena enggak sempat nulis sama sekali. Well, that’s mu excuse. Harusnya sih aku sudah bisa menyiapkan jadwal postingan di awal.
Jadi mengawali kembalinya aku di ibukota, sambil pemanasan untuk mulai mengejar aneka deadline yang hampir terlupakan, aku cuma mau bikin tulisan motivasi saja. Sebenarnya sih motivasi untuk aku sendiri, tapi siapa tahu bisa berguna buat yang lagi butuh disemangatin juga.
Jangan Pernah Berkata Tidak Bisa
Ide ini muncul gara-gara percakapan sama Mas Met saat menanti boarding pesawat tadi malam. Kepala masih cenut-cenut, badan masih terasa oleng akibat 4,5 jam sebelumnya terombang-ambing di dalam kapal. Biasalah, kami butuh percakapan random untuk melupakan perasaan enggak enak yang tengah kami rasakan saat itu.
“Yank (iyaaa aku memang manggil Mas Met dengan Ayank, bukan mas apalagi abi), aku ini aneh ya. Dipikir-pikir beberapa kali aku menang lomba itu dengan gaya menulis yang sama loh. Semua dengan gaya listacle,” aku mengawali percakapan sambil berusaha menghabiskan bakso dalam mangkukku.
“Gaya listacle tuh kaya apa?”
“Itu loh, isinya semacam poin-poin, nomor 1 sampai sekian.”
“Ohhhh….”
“Padahal kamu tahu enggak? Sekitar setahun yang lalu aku pernah bilang ke diri sendiri, duh aku enggak bisa nulis listacle gini. Tapi sekarang malah jadi kebiasaan.”
“Bagus dong. Kalau gitu mulai belajar cara penulisan yang lain lagi.”
***
Percaya enggak, di awal aku memulai blogging, aku suka terkagum-kagum setiap membaca artikel teman-teman. Dalam hati aku bilang, “Wah kalau aku enggak akan bisa tuh nulis begitu. Aku cuma bisa nulis dalam bentuk story telling berdasarkan pengalaman yang sudah aku alami. Kayaknya enggak mungkin aku diminta menulis yang belum aku alami.”
Sampai kemudian, tawaran menulis berbayar aku datang. Aku gelisah luar biasa untuk menulis sebuah penginapan yang belum pernah aku kunjungi. Butuh waktu 2 hari untuk menulis sebuah artikel sekitar 500 kata. Begitu selesai rasanya lega.
Selang beberapa bulan kemudian, lagi-lagi mendapatkan tawaran menulis artikel. Sama masih stres. Nanya sana sini, baiknya aku menulis gimana ya. Untung saja aku punya banyak teman yang baik hati dan mau memberi masukan. Perlahan-lahan sampai sekarang aku mulai terbiasa menulis artikel berdasarkan permintaan.
***
Kadang kita cenderung untuk berpikir kalau kita enggak bisa sebelum memulai mencobanya. Ketika aku menulis soal 5 Manfaat Menulis Setiap Hari, ada beberapa komentar yang berkata kalau mereka bilang tidak mungkin bisa untuk melakukan ODOP.
Well, apakah kalian sudah mencobanya? Bagaimana kalau dicoba dulu. Gagal tak apa, yang penting terus saja mencoba. Akus aja gagal nih menulis berturut-turut selama 30 hari. Tapi apa lantas aku sudahan? Enggak kok, aku masih akan terus melanjutkan menulis ini.
Kalau dulu aku pernah bilang tidak bisa menulis artikel, nyatanya sekarang aku bisa. Aku pernah bilang menulis listacle itu susah, nyatanya beberapa kali aku menang lomba dengan bentuk penulisan seperti ini. Aku pun pernah bilang kalau tak mungkin menulis secara rutin, dan selalu gagal ODOP di hari ke 2, nyatanya lewat ODOP yang diselenggarakan oleh Blogger Muslimah Indonesia aku masih bisa memaksakan diri untuk terus menulis meski ada bolongnya.
Aku juga bukan manusia sempurna. Ada kalanya aku masih rajin berteriak, “Enggak bisa!” Makanya aku bikin tulisan ini. Sambil terus mengingatkan ke diri sendiri kalau aku sebenarnya bisa kok. Jadi mari kita sama-sama membuang kebiasaan jauh berkata enggak bisa. Karena itu semua hanyalah ulah si otak kadal.
Lantas, apa aku sudah puas dengan gaya penulisan aku sekarang ini? Tentu tidak. Aku masih ingin terus mengeksplore gaya-gaya penulisan lainnya. Apalagi kalau bisa menulis diksi dengan indahnya seperti beberapa teman bloggerku.
Yuk terus belajar!
#ODOPOKT18 #BloggerMuslimahIndonesia
yups setuju nggak boleh bilang tidak bisa harus dijalani dan dicoba yaa..
Wihiiii ternyata teh dian begitu ya resepnya. Diawali dari keraguan tapi dipraktekkan
Aku juga masih berjuaaaaaang
Duh.. aku semenjak hamil, mood nulis langsung menurun.. sebulan cuman 3-4 tulisan 😀 semoga setelah lahiran mood nulisnya naek lagi (semogaaa) 😀
emang perkataan itu semacam doa y mb. kalau bilang nggak bisa, mind set ny udah ke arah negatif mulu.
saya juga sebagai penulis amatiran susah banget bikin cerita yang ga saya rasain, seperti cerita fiksi.. ntah kapan bisanya T.T
resep motivasi minimalis hasil maksimalis ya mbak 😀
ibarat menyerah sebelum bertarung ya mbak
Saya ingin menulis dg gaya sendiri. Tp kdg msh sering lihat punya teman. Masih mencari jati diri
yang pasti harus berani mencoba, kalo gagal ya coba lagi .. sampai Tuhan bilang stop .. wkwkwkwk
Diri sendiri yang justru suka mengkerdilkan kemampuan bukan orang lain. Bergaul dengan orang dengan energi positif bisa membuat diri jadi positif juga
Pas banget buat aku yang lagi butuh inspirasi dan semangat di senin pagi ini. Hehe
Makasih mba dian
bener ya teh, apa yg tertancap dalam pikiran kita itu malah yg ngebuat kitanya jadi stuck. Yuk, stop bilang aku tidak bisa hehe (ini noted to my self hehe)