bismillahirrahmanirrahim,
Jalan kaki siapa takut? Teman dekat Dian Ravi pasti familiar banget sama kebiasaan aku naik kendaraan umum dan jalan kaki deh. Dengan dalih sayang uangnya, aku tuh memang kemana-mana lebih senang naik Trans Jakarta kemudian lanjut berjalan kaki menuju tempat tujuan.
Kebiasaan jalan kaki ini sudah ada sejak aku kecil sebenarnya. Ingat sekali dari TK hingga SD aku senang pulang dengan jalan kaki, biar uang becaknya bisa aku tabung buat beli mainan bongkar pasang dan komik. Hobi jalan kaki ini terus sampai aku SMA, akibat angkutan umum dari sekolah ke dekat rumah jarang, biasanya aku suka memilih jalan kaki sekitar 2,5 km ke rumah.
Suka dianggap aneh, sering kali dianggap pelit, tapi aku tak pernah peduli. Biasanya yang betah main sama aku adalah orang-orang yang juga betah jalan. Karena sekarang kebiasaan jalan kaki aku rasanya malah semakin jadi. Main di Jakarta naik transportasi umum sambil jalan kaki seringkali aku tawarkan pada teman dan saudara yang butuh piknik.
Baca juga: 7 Jam Keliling Taman Mini Indonesia Indah
Baca juga: Walking Tour Mengisi Liburan dengan Berjalan Kaki Menyusuri Ibukota
6 Alasan Kenapa Wajib Membiasakan Jalan Kaki
Jalan kaki itu asik kok. Percaya deh. Mungkin di awal-awal akan mengeluhkan pegel, tapi kan aku juga bukan mengajak jalan kaki 5 km kaya maraton gitu. Jalan kaki yang deket-deket saja. Dari rumah ke warung, dari rumah ke halte, dari halte ke tempat tujuan.
Kenapa sih aku mengajak untuk membiasakan jalan kaki? Berdasarkan pengalaman aku dan dari beberapa sumber, aku menyimpulkan setidaknya ada 6 manfaat berjalan kaki yang bisa menjadi alasan agar rajin berjalan kaki.
1. Kesehatan
Berjalan kaki mampu menurunkan kadar gula darah dan risiko terkena penyakit diabetes. Berjalan kaki rutin setiap hari juga bisa menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke sebesar 20 hingga 40 persen.
2. Menurunkan Berat Badan serta Memperkuat Otot Paha dan Betis
Enggak nolak dong pastinya memiliki badan yang bagus. Aku sih enggak. Berjalan kaki secara teratur dapat membantu meningkatkan respon tubuh terhadap insulin yang berujung pada berkurangnya lemak perut. Yang doyan diet tapi belum berhasil, berarti kudu lebih rajin jalan kaki.
Manfaat lain dari jalan kaki lainnya yaitu menguatkan otot paha dan betis. Alih-alih terlihat bergelambir karena lemak, latihan ini bisa membuat tampilan kita lebih baik karena otot yang mengencang.
3. Membuat Suasana Hati Semakin Baik
Percaya enggak, jalan kaki itu mampu membuat suasana hati kita jadi baik lho. Hal ini dikarenakan orang yang rutin berjalan kaki mengalami perubahan sistem saraf yang membuat suasana hati lebih baik dan menimbulkan rasa senang.
Hmm pantas, aku kalau lagi bad mood suka terus jalan kaki enggak tentu arah. Malah pernah karena berantem sama mantan pacar, terus aku jalan kaki sampai ke Bekasi nyusurin Kalimalang.
4. Membantu Mengurangi Polusi dan Kemacetan
Malas banget jalan kaki karena polusinya enggak tahan! Aku sering banget mendengar alasan itu. Iya sih, satu sisi benar, tapi kalau terus kita ikutan menjadi pelaku yang menambah polusi dan bikin macet, mau sampai kapan Jakarta menjadi layak buat pejalan kaki?
Yuk, kita mulai dari diri kita sendiri dulu. Sementara waktu gunakan masker untuk menghindari polusi. Lama-lama seiring bertambahnya pejalan kaki, aku yakin kok, polusi akan berkurang dan kemacetan akan terurai.
5. Irit
Ini dia salah satu alasan favorit aku. IRIT! Ongkos aku setiap keluar rumah itu Rp 19.000 untuk pulang pergi, lho. Itu kalau harus naik mikrolet dulu baru Trans Jakarta. Tapi sekarang sudah ada rute Trans Jakarta baru yang berjarak 1,5 km dari rumah aku, jadi ongkos aku cukup Rp 7.000 sehari pulang pergi.
6. Foto-Foto
Last but not least, ini alasan favorit aku sekrang ini. Ada banyak spot foto cantik buat OOTD sambil jalan kaki. Aku tuh sampai mupeng setiap keluar dari halte Bunderan HI, ingin di foto persis di sana. Tapi karena biasanya sendiri, bingung foto-fotonya. Untung saja akhirnya ada teman-teman yang mulai mau naik kendaran umum dan jalan kaki juga.
Kalian mau nemenin aku jalan kaki bersama?
Kampanye Jalan Hijau, Kalau Deket Jalani Saja
Selasa, 20 Agustus 2019 kemarin. Aku dan beberapa teman bloger berkumpul di sekitar stasiun Juanda. Jamnya enggak tanggung-tanggung, jam 6.30 pagi. Tapi siapa takut berangkat pagi, pikirku.
Sampai di sekitar Juanda, aku agak kaget melihat orang-orang berpakaian kuning menyapa para pejalan kaki. Dari kejauhan aku bisa melihat beberapa diantara mereka membawa sebuah banner. Dengan rasa kepo aku pun mencoba menghampiri dan melihat ada apa sih. And you know what, aku disapa juga sama mereka: “Selamat jalan kaki!” serunya.
Sebagai orang yang tak jarang dibuly karena memilih jalan kaki aku kan jadi terharu disapa seperti itu. Habis menyapa, mereka menyodorkan tablet untuk aku bawa pulang isi kuosioner tentang jalan kaki.
Ah, rupanya mereka ini adalah taruna dan taruni dari Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) yang tengah melakukan kampanye Jalan Hijau yang dilakuan oleh BPTJ. Kampanye Jalan Hijau sendiri bertujuan untuk mendorong semaksimal mungkin masyarakat untuk berpindah dari kendaraan (bermotor) pribadi ke angkutan umum massal dan berjalan kaki. Yeay to that! Aku mendukung seratus eh seribu persen kampanye ini.
Isi transportasi dan isu kesehatan/lingkungan menjadi 2 aspek yang latar belakang dilakukannya kampanye #Jalanhijau ini. Dari sisi isu transportasi adalah kenyataan dimana lalu-lintas semakin macet dengan tingginya penggunaan kendaraan (bernotor) pribadi dan masih belum maksimalnya pemanfaatan angkutan umum massal dan aktifitas berjalan kaki. Bahkan terdapat kecenderungan jarak-jarak tertentu yang seharusnya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, kini masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda motor. Ayo ngaku, siapa nih yang kaya gini, dikit-dikit naik motor saja.
Sementara dari sisi kesehatan adanya fakta yang menunjukkan kemacetan akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi (bermotor) menyebabkan polusi udara parah yang berdampak serius bagi kesehatan. Merasa enggak sih kalau belakangan ini langit Jakarta terutama terasa semakin gelap akibat polusi?
Selain itu tingginya penggunaan kendaraan pribadi terutama pada pengguna sepeda motor menyebabkan kecenderungan masyarakat menjadi kurang bergerak sehingga resiko terkena penyakit non infeksi menjadi semakin tinggi pada usia muda.
Saat ini rata-rata orang Indonesia sangat minim dalam hal berjalan kaki, rata rata hanya 3000 langkah/hari, padahal seharusnya minimal 6000 langkah/hari atau bahkan idealnya adalah 10.000 langkah/hari. Kondisi ini menyebabkan faktor resiko terkena penyakit non infeksi di Indonesia karena kurang gerak fisik berdasarkan data dari Kemenkes meningkat dari semula 26,1 % (2017) menjadi 33,5 % (2018). Hmmm ngeri juga kan ya.
Makanya #Jalanhijau mengandung pengertian bahwa bila semakin banyak masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan angkutan umum dan berjalan kaki maka jalan akan menjadi semakin ramah lingkungan (hijau), yang akan memberikan banyak dampak positif baik secara individu maupun bagi masyarakat secara umum.
Enggak sampai 5 menit untuk mengisi kuesioner yang diberikan tadi. Sebagai bentuk apresiasi aku diberikan tumbler, pin, serta kipas sambil diingatkan agar terus berjalan kaki.
Tapi aku tuh penasaran, kenapa juga nama kampanyenya Jalan Hijau tapi petugasnya kok berpakaian kuning dan kuning. Kalian ada yang penasaran juga seperti aku enggak sih?
Ternyata alasannya karena warna kuning memberi makna sinar matahari, sesuai dengan pendekatan penyampaian pesan yang dilakuan dalam kampanye ini yaitu pendekatan benefit kesehatan. Aktifitas berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum akan banyak terpapar sinar matahari yang berdampak pada kesehatan. Sementara warna putih yang berarti bersih, mewakili makna ketulusan dan kesediaan untuk melakukan aktifitas berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum massal untuk kepentingan bersama. Untuk makna ramah lingkungan (go green) diwakili dengan penggunaan syal hijau oleh setiap petugas.
As I said before, aku mendukung sekali gerakan #JalanHijau ini. Kalau bukan dimulai dari kita dan dari sekrang, kapan lagi? Tapi aku juga berharap, dari sisi pejalan kaki dan pengguna kendaraan umum, diberikan fasilitas yang lebih nyaman lagi.
Terus terang menanti Trans Jakarta itu seringkali lama, karena jumlah armadanya yang belum banyak. Tak jarang malah ternyata rutenya mendadakberubah, enggak sampai tujuan akhir.
Hal lain yang bikin aku suka sedih, kendaraan roda dua yang naik trotar. Itu tuh menganggu banget. Mungkin perlu ada tindakan tegas untuk mereka agar kami pejalan kaki bisa merasa nyaman dan aman.
Akhir kata, meski kampanye Jalan Hijau ini berlangsung dari 19 Agustus sampai dengan 22 Agustus 2019 di Jakarta, Depok dan Bekasi tapi bukan berarti kita enggak berjalan kaki lagi. Yuk kita biasakan terus berjalan kaki dan naik transportasi umum, biar badan lebih sehat, polusi juga berkurang.
Kalau dekat, jalani saja!
2 Comments
Add Yours →saya juga termasuk orang yang paling suka jalan kaki tapi ada syarat..
1. Kalau di Jalan Protokol Solo
2. Kalau Trotoarnya luas
3, Kalau lagi di luar negeri
hahahahah
Sejak sekolah disini kemana-mana jalan kaki mbak padahal dulunya jarak dekat aja naik motor hehehe. . Disni pejalan kaki aman banget, trotoar cukup luas tanpa ada motor atau sepeda yg nyelonong naik trotoar jd pejalan kaki lebih nyaman. Jalani aja yuk mbaak kangen mampir ke blog yg makin kece ini hehehe