Menulis Traveling, Membangun Komunitas Literasi, Hingga Film Gundala Putra Petir di GWRF 2019

bismillahirrahmanirrahim,

Kalau Sabtu pagi biasanya aku menikmati unyel-unyelan, kali ini aku sudah berada di Perpustakaan Nasional sejak pukul 09.00 pagi. No unyel-unyelan, demi mendapat ilmu tentang menulis.

Flash back dikit sebentar boleh ya. Salah satu yang bikin aku happy ketika diajak ke acara Gramedia Writers and Readers Forum 2019 ini karena aku sedang berada di titik buntu dalam menulis. Travel Galau sudah menuju waktunya perpanjangan hosting dan domain, tapi sampai saat ini aku baru ada 9 tulisan saja. Kalau dibilang enggak ada waktu karena aku sibuk mengurus Dian Ravi, ya enggak juga sebenarnya. Aku merasa mentok dan bingung setiap kali mau menulis di blog itu. Seperti mendadak bingung menulis soal traveling, lah dulu mulai bikin blog tuh bahas apa coba?

It’s Not Destination, It’s a Journey – Hendra FU, Claudia Kaunang, Trinity

Hendra FU, Claudia Kaunang, Triniy. Tukang jalan-jalan tentunya akrab sama ketiga nama itu. Eh, aku akrabnya sama dua ceweknya saja sih terus terang. Tapi jadi penasaran sama Hendra FU gara-gara GWRF 2019 ini.

Yes, dalam rangka mengasah ilmu menulis traveling, aku memilih kelas It’s Not Destination, It’s a Journey mengawali Sabtu pagi. Biar semangat juga, pagi-pagi sudah membahas soal traveling kan ya. Jadi mau kemana habis ini? Eh, kok malah mikir jalan-jalannya.

Bagi Hendra, traveling itu bisa menyalurkan emosi dan kreasi. Hmm… No wonder kalau orang gampang bad mood dibilangnya kurang piknik ya. Sementara Trinity menganggap traveling adalah school of life. Traveling menjadi tempat belajar mengenai destinasi, orang-orang baru, juga belajar mengenali diri sendiri, tanpa adanya guru yang meneror.

Ini jalan-jalan terus, tapi kok masih produktif nulis buku. Kapan dan gimana caranya menulis biar enggak lupa?

  1. Foto papan petunjuk jalan dan hal-hal kecil untuk diingat. Ah, ini ngingetin aku banget, suka lupa mengingat harga, sebaiknya mungkin aku foto menu dan struk ya.
  2. Tulis dalam bentuk poin-poin. Biar gampang untuk mengingat.
  3. Bikin jurnal perjalanan sendiri. Ini tips dari Claudia yang sepertinya wajib aku mulai lagi saat perjalanan nih. Karena konsep menulisnya budget traveling, jadi Claudia selalu menulis secara rinci setiap budget perjalanannya. Tiap perjalanan ada jurnalnya.
  4. Begitu pulang, tulis yang paling memorable terlebih dahulu. Prinsip ini yang digunakan Trinity. Menurutnya kalau enggak memorable buat kita, bagaimana mau dianggap menarik bagi orang lain.
  5. Buat perjalanan atau tempat yang mungkin dianggap kurang menarik, dicari benang merah dengan perjalanan lainnya, dan dijadikan satu tulisan yang digabung.

Aku ter-jleb-kan sama tips dan trick untuk bisa traveling. Why? “Enggak usah kebanyakan mikir. Kalau mau pergi ke suatu tempat, beli aja tiketnya. Nabung. Enggak usah kebanyakan nongkrong di kafe ala-ala insta story. Lebih kece mana nongkrong di kafe di sini atau liburan di Copacabana, Brazil?” JLEB!

Claudia juga mengingatkan jangan pernah memaksa untuk traveling. Sesuaikan selalu dengan kemampuan finansial dan kemampuan fisik.

Worrying gets no where. Selalu ada jawaban untuk drama yang ada.

Trinity

Jadi, mau kemana nih berikutnya? Sebelum kemana-mana lanjutin ke kelas berikutnya saja dulu ya.

Menghidupkan Karya Melalui Komunitas Literasi – Kang Maman dan Kang Firman Venayaksa

Buku itu harus dibikin hidup. Bukan sekedar dibaca habis itu digeletakin aja. Buku harus bisa membuat hidup sekelilingnya. Oleh sebab itu jangan kaku, justru dengan buku/literasi harus bisa menjadi Enlightment, Enrichment, dan Empowerment bagi sekitar. Dengan membaca buku bukan hanya jadi rajin membaca tapi juga menulis, berkarya.

Kang Maman

Sudah bukan rahasia lagi bagaimana minat baca di Indoneisa dianggap rendah. Sedih tapi fakta. Di rumah pun sepertinya hanya aku yang masih senang membaca buku. Ada satu anak beranjak remaja belum suka membaca buku. Selama ini aku pikir, membaca itu harus dipaksa agar terbiasa, tapi di kelas Menghidupkan Karya Melalui Komunitas Literasi bersama Kang Maman dan Kang Firman ini justru dibilang, jangan pernah memaksa orang membaca. Tapi dekatkan mereka dengan buku dan biarkan mereka membaca dari yang mereka sukai.

Kang Firman menceritakan bagaimana dia mengajak komunitas motor untuk membangun komunitas literasi. Awalnya ya sudah tentu ditolak. Tapi Kang Firman tak kehilangang akal, dia mengajak komunitas motor tersebut untuk mengantarkan buku ke sebuah daerah. Kali ini, disambut baik dong. Anak motor kan suka kalau touring.

Setalah mengantarkan buku, mereka melihat antusias warga yang menerima buku. Entah apa yang ada di benak mereka sebenarnya saat itu, sampa akhirnya mereka minta dipilihkan buku bacaan juga oleh Kang Firman. Buku-buku seputar motorlah yang dipilih Kang Firman, mengingat itu yang dekat dengan dunia mereka. Hingga akhirnya mereka terbiasa membaca, suka membaca, dan terus membaca.

Movie Review: Gundala Putra Petir – Iman Syah Lubis, Abimana, Putri Ayudya, Danang

Yeay Gundala mau dibikin film layar lebar lagi!! Saat ke bioskop beberapa waktu lalu, sempat lihat trailer-nya dan aku enggak sabar. Akhirnya tokoh jagoan Indonesia akan hidup kembali.

Eh, jangan-jangan kalian belum kenal sama Gundala Putra Petir? Gundala Putra Petir adalah komik jadul yang sudah ada dari 50 tahun yang lalu karya Hasmi. Kalau dibilang kok mirip super hero dari luar negeri, sebenarnya Gundala merupakan sosok yang terinspirasi dari kisah di tanah Jawa, Ki Ageng Selo, yang bisa menangkap petir.

Gundala ini bukan satu-satunya tokoh jagoan Indonesia lho. Tahu enggak kalau Indonesia punya banyak tokoh komik keren sejak puluhan tahun yang lalu? Berangkat dari ide ingin kembali menghidupkan komik Indonesia, Iman Syah Lubis sejak 2003 membangun Bumi Langit, perusahaan komik Indonesia.

Ada sekitar 200 karater jagoan Indonesia. Rencananya sih akan digabung-gabung juga nantinya, cross over. Seru ya? Tapi sementara ini, Gundala dulu yang akan dimunculkan lewat arahan Joko Anwar. Ada Abimana yang akan memerankan Gundala.

Kira-kira seperti apa filmnya ini. Aku enggak sabar menanti 29 Agustus 2019 untuk menonton Gundala Putra Petir. Kira-kira ada yang mau ngajakin aku nonton enggak?

Hari kedua Gramedia Writers and Readers Forum 2019 aku keren bukan? Dari mulai soal menulis perjalanan, membangun literasi, hingga film Gundala Putra Petir. Sesuai dengan teman yang diangkat Literacy in Diversity, keberagaman budaya lewat perayaan literasi sebagai ajang anak bangsa saling memahami satu sama lain.  

Leave a Reply