Aku Suka Baca. Tapi Katanya Minat Baca di Indonesia Hanya 1%, Benarkah?

Bismillahirohmanirohim,

minat baca

pic source: unsplash.com, edit by me

I love books. I love that moment when you open one and sink into it you can escape from the world, into a story that’s way more interesting than yours will ever be.

-Elizabeth Scott

Kutipan dari  Elizabeth Scott, seorang novelis Amerika, itu aku jadikan pembuka dalam tulisan ini karena rasanya sangat mewakili yang aku rasakan. Aku sangat mencintai buku. Aku sangat menikmati saat-saat ketika aku larut ke dalam sebuah buku, seolah aku berada di alam lain, menjelma menjadi karakter yang berbeda dengan diriku yang sebenarnya. Makanya tak usah heran kalau aku bisa datang ke pameran buku atau masuk ke dalam toko buku dan pulang membawa tumpukan buku dengan harga yang cukup fantastis. Aku memang royal sama buku sedari kecil. Bahkan ketika SD aku rela untuk tidak menggunakan uang jajanku juga pulang jalan kaki agar hemat uang becak hanya agar bisa membeli sebuah komik atau novel di akhir pekan. Iya, secinta itu aku sama buku, sampai rela menahan lapar demi membeli buku.

aku ketika kalap di BBW April 2017 lalu

Mungkin tidak semua orang sepakat dengan aku bahwa membaca itu menyenangkan. Aku sadar bahwa tidak semua orang senang membaca. Tapi semua orang harus sepakat bahwa membaca itu banyak manfaatnya. Berdasarkan artikel yang aku temui di Lifehack, ada setidaknya 10 keuntungan dari membaca yang menjadikan alasan mengapa kita harus membaca setiap harinya. Yuk mari kita simak bersama, apa saja keuntungan dari membaca itu.

10 Alasan Mengapa Kita Harus Membaca Setiap Hari

pic source: unsplash.com

Stimulasi mental. Tentunya sebagian besar dari kita pernah membaca atau menonton film The Notebook karangan Nicholas Sparks. Buku itu menceritakan bagaimana seorang pria dengan setianya mendampingi pasangannya meski sang pasangan sudah tidak bisa mengingat lagi siapa dirinya dan keluarganya karena menderita alzhemeir. Alzemeir dan demensia adalah dua macam penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat. Kedua penyakit ini memang berbeda, tapi sama-sama disebabkan oleh gangguan otak. Dengan banyak membaca dan membuat otak kita terus aktif berpikir bisa memperlambat (bahkan mungkin mencegah) dari terjadinya alzhemeir dan demensia.

Mengurangi stres. Percaya deh, membaca itu menyenangkan kalau kita sudah tahu buku jenis apa yang kita minati. Membaca akan membuat kita santai dan melupakan kepenatan yang ada. Lupakanan masalah-masalah yang ada dan ijinkan diri kita untuk larut dalam untaian kata-kata yang tengah kita baca.

Menambah ilmu pengetahuan. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau buku adalah gudang dari segala ilmu pengetahuan yang ada. Semakin banyak kita membaca semakin banyak ilmu yang kita miliki. Dengan sendirinya ilmu-ilmu itu akan menjadi kunci dari keberhasilan.

Menambah perbedaharaan kata. Ketika beberapa hari yang lalu aku mengeluhkan kalau rasanya perbendaharaan kata aku kurang pada salah seorang dosen, beliau menjawab, “Banyak-banyak lagi membaca.” Benar juga, dengan membaca perbendaraharaan kata kita juga akan bertambah. Apalagi kalau bacaan kita beragam, tidak hanya terpaku pada satu jenis bacaan saja. Mau memperluas bahasa? Coba mulai dengan membaca buku-buku asing. Sejak duduk di kelas 2 SD aku sudah mulai terbiasa membaca buku-buku bahasa Inggris. Jaman sekarang mungkin hal yang biasa ya, keponakan aku yang masih di TK saja sudah sanggup membuat aku takjub dengan membaca buku bahasa Inggris ketika kami pulang dari BBW, bulan Mei lalu.

Melatih daya ingat. Sedikit mirip ya sama penjelasan yang pertama. Saat membaca dengan sendirinya otak kita akan berusaha mengingat-ingat hal yang tengah kita baca, baik itu alur cerita, tokoh, dan segala hal yang berkaitan dengan bacaan kita. Nah setiap memori baru yang kita buat ini akan membentuk sinapsis baru (jalur otak) dan memperkuat yang sudah ada. Selain itu, hal ini juga membantu ingatan-ingatan jangka pendek serta menstabilkan suasana hati kita.

Membentuk keterampilan berpikir analitis yang lebih baik. Pernah membaca buku misteri? Pernah ikut terlibat dalam buku tersebut untuk memecahkan misteri yang ada? Dengan sendirinya saat kita rajin membaca otak kita terasah untuk berpikir dengan lebih baik.

Melatih konsentrasi dan fokus. Di jaman yang teknologinya sangat canggih ini, kita jadi mudah untuk kehilangan fokus. Contohnya aku saat ini, saat tengah menyelesaikan tulisan ini, entah sudah berapa kali aku menyentuh telepon layar sentuhku, membuka media sosial email. Latih konsentrasi dan fokus kita dengan membaca. Caranya? Tentu saja saat kita sedang membaca jauhkan segala hal yang bisa mengganggu, seperti TV dan telepon layar sentuh. Cobalah membaca 15-20 menit sebelum mulai bekerja.

Melatih kemampuan menulis lebih baik. Kemampuan menulis tidak hanya penting bagi yang ingin menjadi penulis seperti aku saja kok. Tapi bagi semua orang. Menulis bukan hanya terbatas pada menulis buku bukan? Tapi juga menulis tugas sekolah, skripsi, laporan kerja dan lain sebagainya. Kemampuan menulis ini penting untuk mengejar karir.

Memberikan rasa tenang. Ada banyak jenis buku yang ditawarkan di pasaran. Salah satunya adalah buku-buku bertema self help. Beberapa tahun lalu ketika aku merasa down akibat gagal inseminasi yang kesekian, aku menenangkan diri dengan memborong buku-buku yang katanya baik untuk jiwa. Hasilnya? Alhamdulillah, aku belajar untuk bangkit lagi.

Hiburan gratis. Terus terang aku agak ragu untuk memasukkan hiburan gratis sebagai alasan membaca. Kenapa? Karena meski aku tahu saat ini sudah cukup banyak perpustakaan daerah, tapi aku masih belum merasakannya. Aku tahu ada perpustakaan nasional di Jakarta yang terletak di Taman Ismail Marzuki, tapi sampai saat ini  aku masih belum sempat untuk berkunjung mengingat jarak yang cukup jauh dari rumah aku. Tapi kemudian aku teringat ada sejumlah aplikasi yang bisa kita unduh di telepon layar sentuh kita terkait hiburan gratis ini. Tak pelu lagi beralasan buku itu mahal dengan adanya perpustakaan serta aplikasi perpustakaan, seperti iJakarta.

Minat Baca di Indonesia

Dengan keuntungan membaca sebanyak itu rasanya rugi sekali bila kita tidak suka membaca. Sayangnya berdasarkan The World Most Literate Nations Ranks 2016 lalu, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Sementara berdasarkan data OECD lagi-lagi Indonesonesia menempati urutan nomor 60 dari 64 negara soal minat baca. Coba simak sejenak infografik mengenai minat baca di Indonesia yang aku temui dari Kurio dan katakan bagaimana pendapatmu?

pic source: http://blog.kurio.co.id/2016/04/23/mengintip-minat-baca-buku-di-indonesia/

Miris? Sedih? Ironis? Aku kurang tahu kata apa yang paling tepat untuk menggambarkan perasaanku mengenai minat baca di Indonesia ini. Yang jelas kok rasanya keterlaluan kalau disebutkan bahwa rata-rata buku yang selesai dibaca di Indonesia per tahun itu hanya sekitar 0-1 buku saja. Aku sendiri menamatkan 3 judul buku bulan kemarin. Tapi jangan lupa, jumlah penduduk di Indonesia itu memang banyak. Ada 257.912.349 jiwa yang tercatat pada tahun 2016 lalu. Dan katanya hanya 1% yang suka membaca. Semoga saja aku termasuk ke dalam golongan yang 1% ini.

Sebenarnya aku sendiri kurang yakin benarkah penyebab kita berada di peringkat 60 ini murni hanya karena minat baca yang rendah? Karena ketika aku hadir di acara lauching PUPR TV beberapa bulan lalu, ada yang bercerita kalau sebenarnya masyarakat di daerah memiliki minat baca yang lumayan tinggi. Hanya saja ketersediaan buku untuk dibaca mereka yang kurang. Aku jadi teringat Nila Tanzil dan Taman Bacaan Pelangi-nya. Aku ingat bagaimana dia pernah bercerita soal bagaimana senangnya anak-anak di Indonesia Timur menyambut buku-buku yang ia bawa untuk mereka baca.

Berdasarkan kisah itu ijinkan aku untuk membuat sebuah kesimpulan penyebab kurangnya minat baca di Indonesia. Sebuah kesimpulan amatir yang kemungkinan besar tidak dapat dipertanggungjawabkan data lapangannya.

  1. Salah satu penyebab rendahnya minat baca di Indonesia adalah karena adanya bentuk hiburan yang lain seperti TV dan telepon genggam lebih diminati daripada membaca.
  2. Kurangnya anak-anak diajarkan untuk senang membaca sejak dini.
  3. Akses buku yang masih sulit dijangkau.
  4. Budaya dari nenek moyang kita adalah mewariskan dongeng dan kisah-kisah adat melalui verbal, bukan lewat tulisan.

Menanamkan Budaya Membaca Sejak Dini

pic source: unsplash.com

Lantas, bagaimana agar kita bisa menciptakan generasi yang gemar membaca? Menanamkan budaya membaca sejak dini adalah kuncinya. Kenali anak-anak kita pada buku sedini mungkin. Tak perlu takut buku-buku dirobek, karena saat ini sudah banyak buku untuk batita dari bahan kain.

Aku harus berterima kasih pada kedua orangtuaku yang sejak aku masih kecil sudah menanamkan kebiasan membaca. Bahkan Mamih, panggilanku untuk nenekku dari mama, sering sekali mengingatkan aku pada kisah ketika beliau berkunjung ke Jakarta menemui aku dan mama yang tengah di rumah sakit, aku menyambut kedatangan beliau dengan teriakan “Mau te toto butu!” Saat itu aku berusia sektiar 3 tahun, hampir semua konsonan entah menagapa aku lafalkan dengan huruf “T”. Alih-alih mengkhawatirkan mamaku menjenguk ke rumah sakit, aku malah minta ke toko buku terlebih dahulu.

Hal lainnya yang bisa dilakukan oleh orangtua kepada anaknya adalah dengan mendongengkan buku bacaan sebagai pengantar sebelum tidur. Dengan begini kelak sang anak akan terbiasa menikmati buku bacaan sebelum tidur. Paling tidak aku sih begitu. Jangan heran melihat minus mataku akibat terbiasa membaca sampai tiduran.

Jadikan buku sebagai hadiah. Biasanya orangtua cenderung membelikan mainan sebagai hadiah kepada anaknya. Bagaimana bila sesekali (lebih sering lebih baik  sih) mengganti hadiah mainan tersebut dengan buku? Hal ini berlaku juga pada hadiah ulang tahun teman-teman anak kita. Daripada membelikan mainan, cobalah ganti dengan memberikan hadiah berupa buku untuk dibaca. Secara enggak langsung kita membiasakan budaya membaca kepada lingkungan sekitar.

Yang tidak kalah penting menurut adalah menciptakan waktu membaca bersama. Pernahkah melihat orangtua yang menyuruh anaknya untuk membaca tapi ia sendiri lupa untuk memberi contoh? Tentukan jam untuk membaca, tidak perlu lama-lama, 30 menit hingga 1 jam aku rasa cukup. Tapi pastikan seluruh anggota keluarga ikut terlibat. Hentikan segala kegitan, singkirkan gawai, dan mulai membaca.

Jadi, sudahkah kita membaca hari ini?

Today a reader,

Tomorrow a leader

-Margaret Fuller

Tulisan ini diikutkan dalam Postingan Tematik (PosTem) Blogger Muslimah Indonesia

#PostinganTematik #BloggerMuslimahIndonesia

 

 

About The Author


dianravi

Dian Safitri, travel and lifestyle blogger muslimah yang berdomisili di Jakarta, Indonesia. Pecinta kopi dan makanan. IVF Surviver.

30 Comments

  1. 10 Manfaat membaca itu sangat lengkap mbak Dian, dan dengan sebanyak itu manfaat rasanya tidak salah jika dikatakan orang bahwa membaca dan menulis itu bisa jadi terapi fisik dan mental. Terimakasih infonya mbak Dian.

  2. Baca buku jugaa doonk…
    Aku jadi tergelitik pingin nulis ttg Do and Don’t dalam membaca buku.

    Soalnya aku KZL banget sama orang yang ngakunya suka buku, tapi memperlakukan buku dengan tidak baik.
    Misal, bukunya kelipet-lipet.. Atau bahkan terbelah cetakannya.

    Itu bacanya gimanaaa… Bisa sampe ringsek semua si buku?!?!

      1. Uppps…
        Kenapa aku bisa ngomong gitu tadi yaa…?

        Maafff…teteh.
        Aku tuuh gitu karena kemarin buku Tere Liye aku yang `Tentang Kamu` dipinjem sama tetangga.
        Uda aku sampul rapih…

        Lhaa kok baliknya pada kelipet malah kebelah-belah halamannya.
        Huuhuhuu….KZL KZL KZL!

        1. ini buku dibaca apa dibuat talenan sampe kebelah-belah :))
          ih aku jadi sebel juga mengingat 1 dari koleksi Harry Potterku dipinjam saudara terus ditinggal di sekolah dan tak pernah kembali. KZL!!!
          btw Mba Dian, aku sering main ke perpus TIM soalnya ada playground. Enak lho di sana bahkan weekend cenderung sepi (eh itu berarti minat baca rendah yak)

  3. setuju inii kayaknya minat baca orang indo kuraaang, dan emang anak2 sekarang harus diajarin untuk gemar membacaa supaya gedenya ga males buat baca-baca hal kecil, seperti membaca pengumuman yang simple contohnya ngga usah buku deh. Aku kadang kesel ama orang-orang yang jelas jelas udah dikasih penjelasan mengenai hal A tapi tetep ajaa ditanyain padahal tinggal baca aja T^T *jadinyacurhat

  4. Saya suka baca buku, meski kecepatannya tak secepat dulu. Bedanya dulu baca novel galau, skrng baca buku parenting haha.

    Oh ya, mungkinkah yg minat bacanya kurang krn emang di daerah tertentu buku2nya kurang terdistribusikan dengan baik, tdk punya uang buat beli buku dll gtu kali ya mbk…

    Tapi gk tau jg sih. DI kota malah udah ada gadget yg rasa2nya medsos lbh sering dibaca ketimbang buku huwwaaaa

  5. Sepakat sama mb Lendy, makanya aku pelit minjemin buku.nyeseeek sering minjamin hilang,rusak,dekil bla bla bla. Saya yang beli saja klo baca hati-hati, disampulin plastik

  6. Wah setuju tuh dengan membaca menambah ilmu pengetahuan, dari buku bacaan kita jadi tahu berbagai hal. Aku jusetuju membaca menghilangkan stress, kadang kalau lagi galau berat (ciee bahasanya…) aku suka cari bacaan ringan entah buku lama atau ke tempat persewaan buku, atau ajak anak dan suami main ke toko buku walaupun akhirnya kena todong si kembar buat beli buku.

  7. Kalau di kota besar suka ada bazar buku gitu ya, jadi bisa borong borong buku kayak mb dian. Tempatku boro boro bazar buku toko buku aja cuma satu diskon juga masih tinggi harganya

  8. Saran yang terakhir itu menarik menurutku mbak. Menyediakan waktu membaca bagi seluruh anggota keluarga, biasanya kita kan ngumpulnya waktu nonton Tv. Kayaknya seru juga ngumpul sambil baca, terus terakhirnya diskusi deh tentang apa yang dibaca.

  9. Sepakat dengan 10 manfaat membaca di atas. Alhamdulillah, sudah merasakan semua manfaatnya. Karenanya, saat ini saya kepengen menularkan semuanya kepada anak-anak saya. Saya percaya, salah satu pintu kecerdasan adalah lewat membaca.

  10. Senengnya yang bisa borong2 di BBW. Mungkin gak ya nti digelar di Malang? 🙂
    Menjadikan buku hadiah udah mulai saya lakukan jika ada teman si kakak yg ultah. Karena memang sebagian besar teman si kakak tidak hobi baca, hiks. Hampir semuanya pegangannya smartphone 🙁
    Termasuk juga ‘menyuguhi’ teman2 si kakak dengan buku jika mereka main2 ke rumah.

  11. Iya Mba sedih melihat minat baca masyarakat kita yang rendah. Karena dari dalam keluarga sudah tidak ada dukungan. Jadi repot.

  12. Good point Mbak…Komplit ulasannya dan terima kasih sudah diingatkan..:)
    Untuk anak-anak selain di atas, karena sudah kelas 7 dan 3, aku mencontohkan tidak menonton TV. Jadi meski di rumah ada TV, jarang banget ditonton…Jadi mereka bis dialihkan ke baca, main sepeda, cekikikan bertiga sama Ibuknya cerita-cerita..dan lainnya…
    Semoga yang 1 persen itu, suatu saat bisa naik lagi..dan lagi..:)

  13. Diantara 5 saudara saya, hanya saya yang suka membaca. Dan dari 35 teman saya waktu SMA hanya 3 orang yang suka membaca. Itu membuktikan kalo minat baca masyarakat Indonesia memang rendah

  14. Saya masih terus suka membaca, bahkan saat semakin repot dengan 2 balita, saya selalu mencuri waktu untuk menghilangkan stres, Ya dengan membaca itu tadi. Jadi bener banget salah satu poinnya. 🙂

  15. Waah, pertanyaan yg sama bercokol di kepalaku soal ranking minat baca itu, berasa gak percaya. Gak terima. Haha. Soalnya kan kayaknya sdh banyak yg suka baca. ^^

  16. Miris ya, hanya 1% yang suka membaca.
    Padahal kalau ada pameran buku biasanya selalu puenuh.
    Berarti buku-buku yang dibeli ngga kebaca dong?
    Hehehe …
    Btw, nice share mba.
    Terima kasih 🙂

Leave a Comment