Bismillahirohmanirohim,
Pernah nakal. Tema yang diberikan oleh Rhos untuk Enchanting Ladies kamis ini berhasil membuat diriku menahan napas sekian detik. Ah, kok rasanya sedikit berat ya. Bukan. Bukan karena aku tak pernah nakal. Tapi justru karena aku adalah orang sangat nakal.
Teman-teman sekolah hingga kuliahku tak jarang mengomentari aku dengan kalimat, “Gila, lo berubah banget, Yan.” Iya, sebelum aku memutuskan untuk belajar menutup aurat, aku berbanding terbalik 180 derajat. Bahkan di hari pertama aku mengenakan hijab ke kampus, salah seorang sahabatku dengan muka tak percaya berkata, “Lo sembunyiin dimana itu tanduk setan elo? Bagus deh akhirnya elo tobat.”
Ah, masa-masa itu jelas bukan masa dimana bisa aku banggakan. Tapi bukan berarti aku menjadi malu atas masa laluku. Karena aku sadar. Tanpa aku di masa lalu tak akan mungkin ada aku yang saat ini. Semua ini adalah proses. Dari nakal menjadi lebih baik.
Aku tak ingin menceritakan kenakalan aku yang kelewat parah itu. Karena sebagaimana dalam diriwayatkan dalam hadist Bukhari dan Muslim:
Seluruh umatku kan dimaafkan kecuali para ‘mujahir’ yaitu dia yang di malam hari melakukan sebuah dosa kemudian Allah tutupi, tapi di pagi hari justru dia menceritakannya ‘wahai fulan, tadi aku telah melakukan ini dan itu.’
Biarlah itu menjadi aibku yang semoga telah diampuni oleh Allah swt. Tapi sebagai gantinya, ijinkan aku bernostalgia mengenang kenakalan kecil yang pernah aku lakukan di bangku SMP.
Sejak masih berseragam putih biru aku sudah tertarik pada dunia tulis menulis. Aku senang menggunakan bahasa yang puitis. Sayangnya bukannya aku menulis puisi agar dipajang di majalah dinding sekolah, aku lebih memilih memanfaatkan kemampuan menulis puisi aku ini untuk menulis surat cinta.
Sebentar. Jangan kalian membayangkan kalau aku menulis surat cinta ini pada laki-laki pujaan hatiku ya. Kalau dalam hal ini aku lebih memilih mengatakan langsung daripada lewat surat. Aku menulis surat cinta untuk mengerjai temanku.
Entah berapa banyak surat aku selipkan di kolong mejanya, atau aku selipkan di dalam buku pelajarannya.Awalnya temanku ini merasa gr. Tapi lama-lama ia pun curiga kalau laki-laki penulis surat itu adalah fiktif. Untung saja dia teman yang baik, tak pernah berusaha mengadukan perihal kenakalan aku ini.
Sampai pada suatu waktu, surat aku terjatuh tepat di depan wali kelas. Terbongkar sudah kenakalan aku. Oh iya, dalam mengerjai temanku ini aku enggak sendiri ya. Tapi bersama beberapa teman. Aku hanya bertugas membuat naskahnya.
Dari tangan wali kelas, suratku diserahkan pada guru bahasa Indonesia. Sebagai hukuman atas kenakalan yang aku lakukan itu, aku harus mengerjakan tugas-tugas bahasa Indonesia tambahan.
Menurut aku nakal adalah hal yang wajar. Karena dengan menjadi nakal kita belajar menjadi lebih baik. Bagaimana menurut kalian? Kalian punya cerita pernah nakal apa? Coba ceritakan di kolom komentar.
Jangan lupa juga untuk berkunjung ke tulisan Enchanting Ladies lainnya ya:
Siti Mudrikah –
Zahrah –
Pipit –
Rhoshanda –
assalamu alaikum,
Kalo aku nakalnya apa ya. Cupu saya Mbak. Untung enggak sampai diakal-akalin temen. Tapi aku yakin, ada masanya kita nakal karena penasaran. Untunya nakalnya enggak seserem yg sekarang