Kuliner

Piknik Kuliner di Pasar Malam, PRJ 2017

Bismillahirohmanirohim,

Sebagai warga Jakarta, tentunya sudah pada familiar dengan yang namanya Pekan Raya Jakarta. Terlepas pernah mengunjungi atau belumnya, tapi pasti sudah tahu akan event tahunan yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat. 2017 ini PRJ memasuki usia ke 50-nya berlangsung dari 8 Juni 2017 hingga 16 Juli 2017. Event PRJ ini memang selalu berada di bulan Juni, karena merupakan rangkaian dari acara ulang tahun DKI Jakarta yang jatuh pada 21 Juni.

Semenjak 8 tahun lalu, aku dan Mas Met nyaris enggak pernah absen untuk datang ke PRJ. Awalnya sih karena memang ada barang yang lagi diincer, lama-lama kami ke PRJ sekedar mengabsen diri aja. Keliling-keliling, jajan, dan bersenang-senang beduaan. Setelah beberapa kali gagal ke PRJ 2017 karena alasan kesehatan, aku dan Mas Met pun berhasil mengunjungi PRJ di hari terakhirnya, 16 Juli 2017. Enggak ada benda apa pun yang diincar, malahan sampai pulang dini hari aku hanya bertahan membawa pulang 3 lipstik Purbasari, selain makan-makan di sana tentunya ya.

Tahun ini boleh jadi aku tidak sedang mengincar produk belanjaan apa pun. Tapi diam-diam aku mengincar untuk wisata kuliner di Pasar Malam-nya. Gara-gara melihat beberapa foto yang instagramable di hastag #PRJ2017 aku pun penasaran dengan Pasar Malam yang ada di PRJ 2017 ini. Setahu aku tahun lalu enggak ada stand makanan yang lucu gini.

Pasar Malam yang terletak di pintu 1 Jakarta Fair ini mengusung tema tempat piknik kuliner, selfie dan bermain bareng keluarga dan sohib. Bukan cuma ada sekitar 30 stand makanan yang kekinian, tapi juga arena permainan, arena bermain anak, serta tempat foto-foto yang udah pasti akan nampak instagramable. Menariknya lagi saat jalan menuju Pasar Malam kita akan seolah berada di sebuah jalanan dengan toko-toko cantik dipinggirnya (gambar ya, bukan asli) dan yang lucu papan-papan nama jalan yang terpampang di lampu jalanan.

Hari minggu kemarin itu aku berada di PRJ dari jam 10 pagi sampai jam 1 malam. Benar-benar dari buka sampai tutup. Ngapain? Kalau pagi sih sudah jelas ya, biar dapat parkir. Tapi sampai tutup karena aku menikmati Sheila on 7  dulu di panggung utama (yang bakal aku tulis terpisah kalau enggak malas ya).

Nah karena aku seharian di PRJ, jadi aku sampai 2 kali ke Pasar Malamnya. Yang pertama menjelang makan siang. Belum banyak stand buka. Maklum aja, Pasar Malam ini aslinya buka dari jam 3 sore sampai jam 11 malam. Tapi ketika belum ada jam 11 pagi aku ke sana sudah ada beberapa stand yang buka kok.

Pasar Malam ini seperti juga PRJ bekerja sama dengan  Telkomsel (atau malah jangan-jangan memang milik Telkomsel ya, aku kurang tahu juga). Jadi pembayaran di Pasar Malam ini menggunakan T-Cash. Terus yang enggak punya T-Cash kayak aku gimana dong? Oh ternyata disediakan juga kok counter kartunya, cukup mengisi saldo kartu tersebut buat jajan di Pasar Malam. Enggak usah khawatir kalau sisa, karena bisa direfund.


ada 3D art-nya juga buat foto-foto


Sebelum aku cerita aku jajan apa saja selama di Pasar Malam, aku mau mengabsen tenat-tenantnya ya. Kan aku bilang ada 30’an tuh, nah ini dia para tenantnya:


Terus aku jajan apa saja selama 2x nongkrong di Pasar Malam ini? Enggak banyak sih, mengingat aku sama Mas Met bukanlah yang kuat nyemil dan makan banyak. Highlight-nya cuma ada 3 makanan kekinian yang aku icip di Pasar Malam kemarin ini. Yuk disimak!

Ayam Geprek BWW

“Pedasnya menyayat hati” begitu kalimat yang tertera di booth Ayam Geprek BWW ini. Sebagai manusia anti pedas sudah seharusnya aku untuk tidak mencicipi dada ayam yang dipotong-potong kemudian diulek sampai gepeng dan diulek lagi bersama sambel. Tapi aku Ayam Geprek BWW ini malah mejadi tujuan pertama aku. Kenapa? Karena ada tambahan mozarella di atas ayam tersebut. Lagipula aku pikir ada level-level kepedesannya, mulai dari pedas cupu, mulai membara, bibir dower, air mana air, dan menyayat hatih. Sudah bisa ditebak dong kalau aku pasti memesan level pedas cupu.

Untuk 1 porsi geprek spesial yang berisi nasi, ayam geprek jumbo, telor, keju mozarella, dan lalapan (dua irisan timun) aku rela membayar Rp 35.000. Harga yang masih terbilang wajar sih ya. Dengan mata berbinar aku pun mulai siap melahap ayam geprek ini. Tak lupa membaca doa sebelum makan dan doa minta kekuatan menahan rasa pedas. Ternyata doa aku kurang mujarab, aku benar-benar enggak tahan dengan sensasi pedas dari level pedas cupu. Duh, cupunya gini gimana menyayat hatih coba. Aku pun mulai berteriak “Air! Air!” yang akhirnya diketawain Mas Met. Ayam geprek pun berakhir dengan dihabisi oleh Mas Met karena aku enggak kuat.

Sate Taichan Cici

Kata mas-mas di Wikipedia, sate taichan adalah daging ayam yang dibakar tanpa baluran bumbu kacang atau kecap seperti pada umumnya. Katanya sih sate taichan ini berawal dari sepasang muda-mudi asal Jepang yang ingin membeli satu di daerah Senanyan. Namun, karena pemuda Jepang tersebut tidak menyukai bumbu kacang seperti lazimnya sate Madura, ia pun berinisiatif untuk membakar sendiri daging ayam yang sudah dilumuri garam dan jeruk nipis itu. Sebagai pelengkap ia pun hanya menambahkan sambal.

Bulan lalu aku pernah bercerita tentang keinginan menikmati sate taichan yang ada di Bekasi, namun justru ternyata aku baru berjodoh dengan sate taichan di Sate Taichan Cici di Pasa Malam.

Silakan baca juga: Wisata Kuliner Bekasi

Harga untuk 1 lusin sate taichan ini Rp 30.000 termasuk lontong atau nasi. Namun ketika aku baru hendak memesan aku sudah disambut dengan kalimat “Lontong dan nasinya sudah habis ya.” Ya sudah aku harus menikmati sate taichan ini hanya satenya saja. Tapi kok rasanya enggak adil kalau aku harus tetap mendapatkan 12 tusuk sate dengan harga yang seharusnya dengan lontong ya. Mau enggak mau aku pun melakukan tawar menawar, akhirnya aku mendapatkan bonus 2 tusuk sate.

Melihat penampilan sate taichan, aku sempat agak ciut. Itu sambelnya kok banyak banget ya. Nanti kalau kepedesan lagi gimana. Untung saja makannya berdua Mas Met. Eh tapi ternyata aku malah suka sambalnya. Pedasnya pas. Aku merasa cocok sama sate taichan ini. Rasanya masih ingin lagi.

Pong Pong Indo

Ada yang tahu sama cemilan dari Korea ini? Ini adalah smooky snack alias kudapan berasap. Eh kok ada asapnya? Asapnya berasal dari nitogren. Kalau sebelumnya pernah ngehits es krim nitrogen, kali ini bentuknya snack. Sebenarnya aku sendiri enggak pernah berani mencoba makanan yang dikasih nitrogen selama ini. Tapi efek penasaran, ditambah tumben-tumbenan Mas Met ingin ikutan merasakan kekinian, jadilah kami menyemil Pong Pong.

Harga yang ditawarkan agak terasa mahal menurut aku, Rp 45.000 untuk satu mangkuknya. Isinya apa? Snack renyah-renyah yang bisa kita pilih rasanya, aku milih strawberry dan coklat, kemudia dikasih nitrogen, dan terakhir dikasih toping syrup.

Pekan Raya Jakarta memang sudah berakhir. Tapi insya Allah akan hadir kembali tahun depan, seperti biasanya. Semoga Pasar Malam ini juga akan hadir kembali dengan yang lebih menarik. Apa aku akan datang lagi tahun depan? Kalau ada umur dan kesehatan, insya Allah aku akan  kembali ke PRJ 2018. Kalian gimana? Pada ke PRJ enggak kemarin ini? Coba ceritain ke aku.

13 thoughts on “Piknik Kuliner di Pasar Malam, PRJ 2017”

  1. 3D art nya kece, Mba. Asyik banget ya main ke PRJ, sayangnya aku belum pernah mampir setiap ada PRJ. takut ramenya itu lho, suka bikin mumet kalo di tempat rame gitu. *alasan alay. Haha.

  2. seru banget mbak dian. iih, aku pingin lah sekali ke PRJ, kayaknya keren gitu ya… mudah2an pas perjalanan dinas ke JKTsuatu hari nanti lagi ada PRJ..hihii

  3. 3 th di jakarta belum pernah ke PRJ karna katanya maacet rame dan pernah sampe ga jalan sama sekali di PRJ hahaha
    Jadi denger aja udah trauma. Wkwkw

    Ternyata lucu tempatnya, belum lagi maknannya banyak banget.
    Huaaaaaaaaaaaaaa pengen kesanaaaaa tapi telat haaha

  4. Mbakk seruu banget ke PRJ nya ,lahh aku juga ke PRJ 2x tp gak ngeh ada pasar malam PRJ mbak. Taunya cuma yg jualan snack2 di tengah2 doankk tuh. Aaaa nyesell gak keliling prj kemarenan,aku 2x ke ke prj cuma jajan snack bocah doank dan gak nemuu itu poto 3D nyaa..

  5. Lucu banget setting tempatnya.. foto-foto nama Jalan yg lucu di instagram akhir-akhir ini ternyata di PRJ toh, aku pikir di museum angkut Malang, haha jauh amat.

  6. dari pagi sampai ganti hari? Wih kuat banget, Mbak. Aku menahan diri ga ke PRJ meski dekat dan tahu ada SO7 saat closing. Takut tergoda diskon. Masa’ ada sandal bagusss cuma 18ribu.

  7. Akuuu….pernah dua kalian, kayanya…dateng ke PRJ.
    Dan keduanya berakhir kecewa.

    Karena ga ada yang bisa dibeli…hikss!
    *maklum, waktu ke PRJ dulu masih kanak-kanak.
    Ekspektasinya anak-anak, kalo pergi ke tempat ramai macam pasar begini, pulangnya mesti belanja banyaaaakk….

    Kenyataannya,
    Bapak Ibuku gak ngabulin permintaan aku.

    Ditambah lagi komentar, mahal-mahal yaa..makanan di sana.
    Makin pupus harapanku mau foya-foya.

  8. oh ini blognya mbak dian toh… follow ahh 😀
    baru sempet bw nih mbak
    aku suka fotonya mbak dian yang berdiri diatas ituu hehe pengin aku gambar deh
    pertama kalinya ke PRJ pas masih SMA – itu entah PRJ yg keberapa ya
    crowded, tapi dulu nggak beli apa apa krn uang saku terbatas banget dan belom kenalan sama ATM :p

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *