Berbelanja Hasil UKM Asli Indonesia di Telkom Craft 2018

Bismillahirohmanirohim,

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Indonesia adalah negara yang sangat kaya menurut aku. Kaya akan kecantikan alamnya, juga kaya akan budayanya. Setiap kali aku traveling bukan hanya untuk menikmati wisata alam Indonesia semata, tapi tak lupa aku selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi UKM asli Indonesia di daerah setempat. Seperti ketika aku mengunjungi Batik Bu Sutra, beberapa tahun lalu ketika aku berlibur di Lasem.

Kecintaan aku pada batik berawal dari buku The Journeys 2, Cerita dari Tanah Air Beta. Sebuah buku yang mengisahkan pengalaman beberapa penulisnya saat mengungjungi beberapa tempat di Indonesia. Salah satunya menceritakan tentang seorang penulis skenario yang pergi ke Cirebon hanya untuk mencari batik bermotif Paksi Naga Liman, seekor hewan keramat gabungan dari burung garuda, naga, dan gajah.

Gara-gara kisah itu, aku pun bermimpi untuk bisa bekeliling Indonesia, menikmati kecantikan alamnya serta mengoleksi kain-kain Indonesia hasil UKM asli Indonesia. Sayangnya, untuk mewujudkan mimpi mengunjungi seluruh Indonesia tidaklah murah dan membutuhkan banyak waktu libur. Sebagai istri serorang karyawan, tentu saja waktu liburanku terbatas pada jatah cuti pak suami.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Makanya ketika aku tahu ada Telkom Craft yang mendatangkan 400 UKM Asli Indonesia di JCC pada 22-25 Maret 2018 lalu, aku menyambutnya dengan perasaan antusias. Mengunjungi pameran yang menghadirkan UKM Asli Indonesia selalu membuat aku merasa antusias. Rasanya seperti ada kupu-kupu di perutku, zsa zsa zsu. Istilah yang sering kali digunakan ketika menanti cinta, ternyata berlaku juga bagi aku ketika akan mengunjungi pameran UKM Asli Indonesia.

“Kira-kira aku akan membawa pulang kain Indonesia apa lagi ya?” pertanyaan selalu bermain dalam benak aku ketika hendak bersiap-siap menuju JCC pada 22 Maret 2018 lalu. Karena memang tak bisa dipungkiri, setiap aku bilang cuma mau lihat-lihat saja, kenyataannya aku pasti akan membawa pulang sesuatu.

Telkom Craft, Tempat Bertemunya dengan UKM Asli Indonesia

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Telkom Craft merupakan wujud implementasi dari Telkom, selaku perusahaan milik negara, dalam membangun masyarakat digital Indonesia yang membawa semangat Local Heroes to Global Champions. Tujuannya adalah dengan memanfaatkan teknologi digital guna mengangkat karya-karya terbaik entrepreneur kreatif anak bangsa, dalam hal ini UKM asli Indonesia, ke kancah internasional.

Telkom Craft merupakan pameran tahunan produk-produk terbaik nusantara. Ini adalah kedua kalinya Telkom Craft dilangsungkan. Dengan mengusung tema “Local Heroes To Global Champions“,  offline event ini bertujuan untuk mengeksplorasi keunggulan dan kemampuan mahakarya anak bangsa. Selain itu, pameran ini juga bertujuan untuk mendukung program “BUMN Hadir untuk Negeri“, terutama dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan guna mendorong terwujudnya harapan pemerintah dalam menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Ada 400 UKM asli Indonesia yang menjadi peserta Telkom Craft 2018. UKM asli Indonesia ini terdiri dari 200 UKM Rumah Kreatif BUMN (RKB) binaan Telkom, 150 UKM binaan dari perusahaan binaan BUMN lainnya, dan 50 sisanya berasal dari komunitas.

Ke-400 UKM asli Indonesia yang menjadi peserta di Telkom Craft 2018 ini bukanlah sembarang UKM. Semuanya adalah UKM yang sudah bergabung di Blanja.com dan diseleksi terlebih dahulu guna memastikan kualitas dan persaingan dari produk yang ditawarkan. Go modern, go digital, go online,  dan go global menjadi persayaratan dalam menjadi peserta di Telkom Craft 2018 ini.

Berkunjung ke Telkom Craft

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Rupanya tahun ini Telkom Craft mengangkat keunikan kain Tenun Nusantara bersama beragam produk khas nusantara lainnya dalam kategori fashion, craft, dan food. Makanya, tak heran, usai melakukan registrasi pengungjung Telkom Craft, aneka kain Tenun Nusantara menyambut kedatangan aku di Hall A dan B, Jakarta Convention Center.

Bukan hanya koleksi kain Tenun Nusantara yang sudah jadi saja yang menyambut kedatangan aku hari Kamis, 22 Maret 201 lalu. Tapi juga tampak seorang ibu yang tengah menenun. Sayangnya agak sulit mengajak ibu itu berkomunikasi, selain karena jarak kami yang berjauhan, suasana riuh membuat pendengaran kami agak terganggu untuk berkomunikasi.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Tak jauh dari ibu yang menenun tadi, ada juga dua pemuda Dayak yang bermain musik. Sampe, begitu nama alat musik petik dari Kalimatan itu. Sampe, yang dibaca dengan sampek merupakan alat musik khas suku Dayak. Sekilas terlihat mirip dengan gitar, namun katanya cara memainkan alat musik tersebut tidaklah sama. Sebenarnya aku sudah hendak bercakap-cakap dengan salah seorang dari mereka, sayangnya kali ini aku kalah oleh rombongan yang mengajak dia untuk berfoto.

Mungkin memang sudah saatnya aku masuk ke dalam ruang pameran, menyiapkan iman agar tidak kalap terlalu banyak belanja hari itu.

Pusaka Banten Batik, Melestarikan Pusaka Banten ke Atas Kain

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Jika aku menyebut kata Banten, kira-kira apa yang bermain dalam benak kalian? Kalau aku, yang pertama aku ingat adalah debus, kesenian bela diri, khas suku Banten dimana mempertunjukkan ilmu kekebalan. Pada saat pertunjukan debus berlangsung, biasanya orang yang tampil akan membuktikan kekuatannya dengan mengiris anggota tubuh pisau atau golok. Tentunya tidak semua orang bisa melakukan aksi debus ini. Karena butuh ilmu kebatinan untuk bisa melakukan aksi itu.

Masjid Banten dan  Benteng Surosowan adalah hal lainnya yang aku ingat dari Banten. Banten lama, begitu orang biasa menyebutnya. Bagian dari sejarah Keraton Banten pada masa pemerintahan Maulana Hasanudin. Sampai saat wiata religi menjadi salah satu daya tarik provinsi Banten.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Melihat hal itu, Pak Yandi berinisatif untuk melestarikan pusaka banten ke atas kain. Lewat usaha Pusaka Batik Banten yang dia dirikan di 2014 lalu, Pak Yandi menciptakan kain-kain batik dengan motif pusaka-pusaka yang ada di Banten, seperti golok debus, Benteng Surosowan, Menara Banten, umpak labu, dan masih banyak lagi.

Hanya dengan karyawan berjumlah 5 orang, dalam waktu 1-2 minggu, usaha Pak Yadi yang berlokasi di Serang ini bisa menghasilkan 20 sampai 50 potong kain batik cap. Yang menarik, pewarnaan pada kain batik yang dihadirkan di Pusaka Banten Batik ini sedikit mengingatkan aku pada batik Pekalongan dan batik Cirebon. Bukan saja karena warnanya yang cerah yang menjadikan batik Banten ini masuk ke dalam jenis batik pesisiran, tapi juga karena banyaknya pewarnaan dalam 1 lembar kain.

Seperti kain motif umpak labu yang aku beli. Kain dengan dasar warna hitam ini memiliki 4 warna lainnya. Tentunya proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama, mengingat harus dilakukan satu warna demi satu warna dalam proses pencelupannya. Umpak labu ini adalah simbol kekuatan di bidang agrobisnis pada jaman kesultanan. Motif ini ada terdapat di Masjid Banten.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Harga batik yang ditawarkan di Pusaka Batik Banten ini kisaran Rp 130.000 per lembarnya. Menurut aku ini bukanlah harga yang mahal mengingat prosesnya yang tidak mudah. Tawar menawar dalam membeli kain nusantara sudah lama tidak pernah mau aku lakukan. Sebisa mungkin aku berusaha untuk menghargai hasil karya UKM asli Indonesia.

Harapan dari Pusaka Batik Banten lebih maju dari hari ini. “Untuk memberdayakan masyarakat sekitar Banten, mengurangi angka pengangguran. Agar masyarakat banten lebih kreatif. Sejahtera,” begitu kata Yandi sebelum aku pamit dan menuju booth lainnya di Telkom Craft.

Kisah dari Pondok Batik Kreasi Sukabumi

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

“Kenapa itu kaya Batik Tasik ya?” komentarku ketika melihat beberapa potong batik warna-warni di booth batik Sukabumi.

“Kan sama-sama Jawa Barat, Teh. Jadi wajar kalau mirip-mirip,” Teh Diah, pemilik dari Pondok Batik Kreasi ini menjawab hampir berbareng. Di sampingnya, Kang Yuda hanya senyam-senyum menanggapi pertanyaan aku itu. Sebelum akhirnya dia menghampiri aku sambil bercerita.

Batik Sukabumi sebenarnya belum terlalu dikenal di masyarakat luas. Selama ini Sukabumi lebih dikenal akan alamnya juga mochi-nya. Aku masih ingat, beli mochi menjadi salah satu yang harus dilakukan setiap kali aku mengunjungi Uwa di Sukabumi sejak kecil.

Ketika UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia pada 2 Oktober 2009 lalu, usaha batik di beberapa daerah yang sempat meredup hidup kembali. Batik Sukabumi ini salah satunya.

“Saya ini orang Tasik, Teh. Keluarga ibu saya pengrajin batik. Saya nikah sama orang Sukabumi. Karena sejak kecil saya akrab dengan batik, saya terpikir, kenapa enggak memajukan batik Sukabumi saja. Saya melihat ada peluang potensi UKM asli Indonesia di Sukabumi,” Kang Yuda memulai ceritanya.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

“Kalau tadi Teteh bilang mirip batik Tasik, ya wajar jadinya. Tapi saya tidak menghilangkan ciri khas potensi Sukabumi.”

Penyu menjadi salah satu motif batik Sukabumi yang paling dikenal. Hal ini dikarenakan di Sukabumi, tepatnya di Ujung Genteng merupakan habita bagi 4 jenis penyu bertelur.

Koi, menjadi motif batik Sukabumi yang terbaru. Mengingat saat ini pembibitan koi menjadi komoditi unggulan di Sukabumi, terutama daerah Cisaat.

Kang Yuda bukan cuma menjual batik saja. Tapi Kang Yuda juga melatih orang-orang untuk ngebatik. “Sekarang saya sudah jarang bikin pola atau ikut ngebatik, tapi semua motif yang diproduksi kami tetap harus atas persetujuan saya.”

Baduycraft, Memanfaatkan Teknologi

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

“Selamat datang, Kakak,” sapaan ramah itu berasal dari seorang pemuda asal Baduy saat aku mendekati booth Baduycraft. Dari mana aku tahu ia orang Baduy? Bukan semata-mata karena nama yang terpajang dia tas booth-nya saja. Tapi lewat gaya pakaian yang ia kenakanan, baju kampret berwarna hitam, dengan ikat kepala bercorak batik berwarna biru tua. Terlihat pula ia bertelanjang kaki. Semua itu setahu aku adalah gaya dari orang Baduy Luar.

Mataku berbinar-binar melihat aneka warna kain tenun yang ditawarkan di Baduycraft ini. Semuanya cerah, semuanya cantik, seolah memanggil aku untuk dibawa pulang. Kang Narman, nama pemuda asal Baduy itu selalu tersenyum ramah dan menjawab segala pertanyaaan aku seputar dagangannya.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Pilihanku akhirnya jatuh pada tenun Baduy berwarna pink. Tapi aku sudah kehabisan uang tunai dan memutuskan membayar dengan debit. Terus terang aku merasa amazed ketika dengan gesitnya Kang Narman menerima kartu atm aku dan menggeseknya ke mesin EDC. Mesin sempat mati, rupanya power colokan sempat tersenggol hingga mati. Kang Narman dengan tenangnya kembali menyalakan mesin, melakukan proses debit hingga transaksi selesai.

Aku yang memandangi proses transaksi itu berpikir, “Wait, bukannya orang Baduy itu tidak boleh mengenal teknologi ya? Tapi kok ini bisa menggunakan mesin EDC, santai pula tanpa panik. Seoalah sudah biasa.”

Karena setelah itu ada beberapa pengunjung datang dan Kang Narman sibuk melayani mereka, aku pun menghampiri pemuda lain yang ada di booth yang sama. Aku berpikir mungkin ini adalah yang membantu Kang Narman dalam menjalankan UKM asli Indonesia.

Dugaanku salah. Pemuda kedua bernama Anad, asal Papua. Dia hanyalah teman dari dunia maya Kang Narman yang kebetulan sedang ada di Jakarta, sehingga ia bersedia menemani Kang Narman untuk pameran.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Ok, aku mulai bingung. Bagaimana mungkin seorang Baduy bisa memiliki teman dari dunia maya?

Kang Narman lagi-lagi tersenyum terlebih dahulu ketika aku mengutarakan pertanyaan aku sebelum mulai menjawab. “Baduy kan enggak boleh sekolah, tapi bukan berarti enggak boleh belajar, Teh. Nah di rumah saya dijadikan kelas literasi, buat anak-anak Baduy belajar nulis dan membaca. Kang Anad itu juga kebetulan dari kelas literasi di Papua.”

Sedikit pertanyaan aku terjawab. Tapi bagaimana dengan soal penggunaan teknologi. Juga soal menjadi teman dunia maya.

“Teh, ini kan aku jualan online di Blanja.com. Ya aku harus belajar secara otodidak untuk menggunakan hanphone, komputer, dan lainnya. Saya kan juga butuh untuk keperluan promosi.”

Lewat penuturan pemuda yang punya nama lengkap Narman Nasinah ini aku jadi tahu bagaimana kesehariannya. Orang Baduy yang umumnya bermata pencaharian bercocok tanam, tetap ia lakukan. Tidak ada adat yang ia langgar selama berada di Baduy. Ia mengerjakan pekerjaannya sehari-hari sebagaimana orang Baduy lainnya, baru setelah setelah selesai ia akan berjalan kaki sektiar 1 jam keluar dari Baduy, ke suatu tempat dimana ia bisa menggunakan teknologi untuk menjalankan usahanya.

Usaha kerajinan tangan Baduy ini sudah dijalnkan turun temurun dari almarhum kakeknya. Meski ia sendiri baru 1 tahun bergabung dalam UKM asli Indonesia. Yang membuat tenun-tenun ini adalah wanita-wanita Baduy, Kang Narman memberikan modal benang dan mendesain motifnya.

Satu lembar kain tenun yang aku beli dijual seharga Rp 350.000, dan itu dibuat selama 2-3 minggu. Tak mahal menurut aku, mengingat mengingat kain tenun daerah lain jauh lebih mahal.

Orang baduy tak butuh banyak, tapi yang penting cukup.

-Narman Nasinah

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Mencari UKM Asli Indonesia di Blanja.com

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Telkom Craft 2018 memang sudah berakhir. Tapi bukan berarti aku enggak bisa berbelanja kain-kain nusantara langsung di UKM asli Indonesia. Karena 400 UKM asli Indonesia yang menjadi peserta Telkom Craft bisa dengan mudah ditemui di Blanja.com.

Sejak awal berdirinya di tahun 2014 lalu, situs Blanja.com sudah fokus pada UKM asli Indonesia. Blanja.com memiliki tujuan untuk mengangkat produk-produk lokal, mengenalkannya pada khalayak luas.  Tak heran di tahun 2016 Blanja.com ini ditetapkan sebagai e-commerce BUMN.

Kita ingin menunjukkan kalau produk dalam negeri tidak kalah bagusnya dengan produk impor.

– Anissa, PR Blanja.com

Tak heran tagline yang diusung oleh Blanja.com ini adalah “Masa iya gak Blanja?” Tujuannya semata-mata untuk mengajak masyarakat untuk lebih mengenal produk asli Indonesia dan mau menggunakannya.

Bila di Telkom Craft hanya ada 400 UKM asli Indonesia yang menjadi pesertanya, di Blanja.com sudah terdapat lebih dari 3000 UKM asli Indonesia.

Proses transaksi di Blanja.com pun mudah, sama halnya dengan berbelanja di e-commerce lainnya. Karena Blanja.com sudah bekerja sama dengan sejumlah bank ternama di Indonesia, seperti Mandiri, BCA, BRI, Mega, BII, dan lain sebagainya. Sebagai e-commerce BUMN bahkan kita bisa bertrasaksi melalui T-Cash.

Blanja.com bukan saja semata-mata menjadi sarana untuk berjualan. Blanja.com juga memiliki program Blanja Jemput UKM. Bekerja sama dengan Rumah Kreatif BUMN (RKB), menjadi wadah untuk membina UKM-UKM asli Indoensia di seluruh Indonesia. Sejauh ini Blanja.com sudah membina UKM_UKM di 514 kabupaten, memberikan pelatihan, mengedukasi penggunaan online, hingga mengajarkan foto produk.

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Masa Iya Gak Blanja di Blanja.com

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Sebagai orang yang senang berburu kain Indonesia, tentu saja aku akan merekomendasikan untuk berbelanja di Blanja.com, dan aku pun insya Allah masih akan menambah koleksi kain-kain lagi.

Kalau ada yang masih ragu kenapa harus belanja di Blanja.com ini dia alasan aku:

Bangga menggunakan produk dalam negeri. Mau sampai kapan kita terjajah dengan rasa bangga menggunakan produk dari negara lain. Padahal produk yang dihasilkan oleh UKM asli Indonesia itu enggak kalah bagusnya. Dengan membeli produk UKM asli Indonesia, kita pun turun membangun perekonomian dalam negeri.

Apalagi dengan beragamnya pilihan metode pembayaran, sudah tentu membuat berbelanja di Blanja.com jadi mudah. Dan ada garansi uang kembali bila terjadi kesalahan dalam transaksi. Jadi, insya Allah aman bukan?

Berbelanja jadi semakin mudah karena sudah ada aplikasi Blanja.com yang bisa di download di android kita. Enggak perlu repot buka browser lagi, dengan adanya aplikasi di smartphone kita, aku pun bisa belanja sambil  menanti bus tiba.

Dan yang paling menarik adalah, adanya promo-promo yang memanggil-manggil diriku! As I said before, aku belajar untuk tidak menawar harga dari UKM asli Indonesia. Tapi kalau memang ada diskon, masa iya aku harus nolak.

Yuk ah kita dukung UKM asli Indonesia. Kalau bukan dari diri kita sendiri, siapa lagi? Masa iya ga blanja?

Telkom Craft 2018 dan Blanja Com menhadirkan UKM asli Indonesia

Twitter: @blanjacom
Facebook Fanpage: https://www.facebook.com/blanjacom/
Instagram: @blanjacom

4 Comments

Add Yours →

Sama kaya Cianjur, batik nya ga lagi berkembang. Entah ada UKM yg bertahan atau tidak. Saya sendiri ga tahu batik Cianjur punya unggulan motif apa lagi selain pandan wangi.

Cerita soal orang baduy, kalau orang baduy luar pintar sudah tidak aneh. Saya malah tahun 2012 ketemu sama baduy dalam dan dia sudah bisa sms/tlp!

Saya dijemput ke daerah baduy dalam berkat sms an sama dia. Padahal dia gak sekolah. Baduy luar kan tertutup nya jelas. Difoto aja gak boleh.

Dan sekarang, saya masih komunikasi sama orang baduy dalam itu. Saya suka beli madu secara online darinya. Madu asli. Pasti. Komunikasi kami sekarang lewat wa dan telegram juga. Baduy emang keren…

Saya punya kain tenun baduy, hadiah. Blm di apa2in. Dipakai sarung aja. Hahaha…

Kalo liat kerajinan asli indonesia selalu bikin mupeng bikin pengen beli soalnyaa unik”.. Klo dulu harua ke tempatnya utk beli, tpi sekarang udh gampang krn bisa dibeli online ya mbak hehe

Leave a Reply